ALLAHMU LEMAH?

ALLAHMU LEMAH? 

Bacaan Setahun: 
Kel. 5-7 
Dan. 12 

“Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh” (Roma 1:21-22).

“Allahmu lemah itu sebabnya Allahmu perlu dibela” – pemakaian kalimat provokatif ini telah menimbulkan kemarahan sehingga diteruskan kepada pelaporan penistaan agama oleh orang yang merasa tersinggung.

Pertanyaannya apakah benar ada Allah yang lemah dan perlu dibela? Apakah memang ada banyak jenis ‘Allah’, atau cara memahami sifat Allah setiap orang yang berbeda, ataukah masing-masing agama mempunyai Allah paling benar sehingga ada yang merasa tersinggung kalau yang mengucapkan dianggap tidak seiman atau tidak sepemahaman? Lalu apakah wajar ketersinggungan itu berbuah kemarahan karena merasa Allahnya dilecehkan dan tidak dihormati? Ada yang menjawab dengan logika bahwa pembelaan itu menunjukkan kecintaan kepada Allah melebihi segalanya, maka sepatutnya harus dibela. Benarkah demikian?

Bagi saya adalah hal yang absurd dan konyol, karena bagi seorang yang berpikiran jernih dan yang dewasa rohani adalah hal yang tak perlu jika seorang berusaha membelah keillahian atau ke-‘maha’-an sebagai sifat Allah / Tuhan apapun agamanya. Bukankah sudah sering terjadi pada sesembahan kelompok lain yang dilecehkan, kenyataannya mereka protes pun tidak. Apakah dengan demikian bisa diartikan karena Illah / Tuhan / Sesembahan kelompok lain itu lemah? Tentu tidak demikian. Justru kelompok atau siapapun yang tidak mempersoalkan ‘pelecehan’ Tuhannya adalah seorang yang telah dewasa rohani.

Sikap seorang yang dewasa rohani ditunjukkan dengan ia mengenal dan yakin dengan sifat keilahian atau ke-‘maha’-an Tuhannya sehingga tak perlu tersinggung ataupun marah kalau ada orang ataupun kelompok yang berbeda ‘melecehkan’ Tuhannya. Bahkan ia akan maklum karena kemungkinan orang lain itu menganggap Illah atau sesembahannya itu adalah Tuhan yang berbeda ataupun Tuhan yang tidak benar. Jadi menurut saya ‘ mengenal sifat keilahian Illah / Tuhan/ Sesembahan ‘ justru akan membuat kita tidak mudah tersinggung ataupun marah jika ada orang lain yang melecehkan Tuhan yang kita imani. Dan bukti seorang hanya beragama tanpa benar- benar mengenal atau mengalami kehadiran Allah dalam hidupnya adalah mereka meyakinkan orang lain dengan marah dan tersinggung jika ada orang yang meragukan keilahian Allahnya. Pertanyaannya sudahkah Anda mengenal Allah / Tuhan / Sesembahan Anda ? (DD)

Questions:
1. Bagaimana sikap Anda seandainya ada orang yang meragukan Allah yang Anda percayai?
2. Apa bukti seorang mengenal Tuhannya?

Values:
Warga kerajaan diamanatkan untuk mengasihi musuh sekalipun musuh itu meragukan Tuhan yang kita imani.

Kingdom Quote:
Sikap umat mencerminkan sifat keillahian Tuhannya.