APA UNTUNGKU?
Bacaan Setahun:
Mzm. 33, Kej. 50, Kis. 5
“Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” (Matius 19:27)
Kata “transaksional” bukan hanya dipahami di dunia bisnis tetapi di semua bidang kehidupan manusia termasuk di dalam hubungan asmara dan juga peribadatan di gereja. Ungkapan “transaksional” yang sering kita dengar adalah “Dengan apa yang telah kulakukan, apa untungku?”
Dunia yang telah menjadi semakin modern dan menawarkan kenyamanan yang semakin sempurna menjadikan naluri “hedon” manusia tak terbatas. Pada jemaat Kristen di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, sudah lazim terjadi perpindahan jemaat disebabkan kenyamanan yang disediakan gereja lain lebih baik. Sepertinya pemimpin di gereja pun menyadari bahwa daya tarik terbesar seseorang datang ke gereja adalah fasilitas yang nyaman. Maka dibentuklah kebaktian yang menyenangkan dan jemaat yang datang dilayani dengan pelayanan excellent spirit. Yang dimaksud dengan excellent spirit adalah melayani seperti cara dunia melayani. Sebagai contoh, kalau Anda pergi ke pesta pernikahan, staf EO akan melayani Anda dengan excellent, terutama jika Anda adalah undangan VVIP. Apakah ini salah?
Dunia mengajarkan bahwa jika kita memberi keuntungan yang lebih banyak kepada customer dan menganggap mereka orang penting maka mereka akan setia datang dan mau membayar dengan nilai tinggi atas apa yang kita tawarkan. Inilah arti transaksional. Sekali lagi, apakah ini salah?
Secara manusiawi, perilaku transaksional tidak salah atau lazim dilakukan. Ayat bacaan pada renungan ini juga menuliskan sifat hakiki manusia yang transaksional. Petrus seperti berkata, “Dengan pengorbananku, apa yang akan aku terima? Apa yang menjadi imbalanku? Apa keuntunganku?”
Kita harus hati-hati dengan perilaku transaksional karena, menurut saya, hal ini salah total secara spiritual. Sebab artinya kita tidak tulus, ada “udang di balik batu”. Ayat Firman Tuhan berikut ini menegur sikap hati dan perilaku transaksional kita di dalam beribadah dan percaya kepada Tuhan. 1 Timotius 6:5-7, (5) percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. (6) Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. (7) Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apaapa ke luar
Rasul Paulus menuliskan, kita telah kehilangan pikiran sehat dan kebenaran jika mengharapkan keuntungan materi dari beribadah. Ibadah memang bisa membawa keuntungan besar jika disertai rasa cukup, yaitu keuntungan besar secara rohani, bukan materi. Pesan saya, jangan mudah pindah gereja (tempat beribadah) karena fasilitas yang lebih baik di gereja lain. Punyai rasa cukup! Jangan lagi bertanya, “Untungku di sini apa?” Anda mengerti? (DD)
Questions:
1. Apakah perilaku transaksional itu?
2. Bagaimana sikap kita saat beribadah? Bisakah kita setia di satu gereja?
Values:
Warga Kerajaan yang dewasa memahami bahwa sikap transaksional dalam beribadah adalah sikap yang meragukan kasih Sang Raja.
Kingdom Quotes:
Cinta tulus Anda kepada seseorang dapat diuji dengan apakah Anda mengharapkan keuntungan dari orang yang Anda cintai.