BAHAYA KESUKSESAN

BAHAYA KESUKSESAN 

Bacaan Setahun: 
Mzm. 100, 2 Taw. 7-8, Mzm. 72 

“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena mereka itulah empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” (Matius 5:1-4)

Apa maksud Yesus dengan perkataannya pada ayat bacaan di atas? Bukankah ini paradoks yang bertentangan dengan prinsip dunia? Apakah orang yang berbahagia atau diberkati adalah orang yang mengalami masalah pelik, kebangkrutan, sakit keras, atau ditinggalkan oleh orang yang dikasihi? Bukankah ini terlihat tidak masuk akal?

Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa kita berbahagia dan merasa diberkati ketika usaha kita berhasil, menjadi juara kelas, memiliki uang melimpah, sukses, terkenal, dan dipuji oleh hampir semua orang. Benarkah demikian? “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburan. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” (Lukas 6:24, 26)

Ternyata, pikiran Yesus berbeda, dan gambaran kita selama ini tentang berbahagia dan diberkati salah. Cara berpikir ini adalah pandangan dunia, dan ternyata cara berpikir Yesus, cara berpikir Kerajaan Surga berbeda. Menurut Yesus, keadaan kaya, sukses, dan terkenal adalah berbahaya. Lalu, pesan apa sebenarnya yang ingin disampaikan kepada kita?

Ternyata, Yesus tidak berbicara tentang hukum dan fakta yang dapat dilihat, seperti prinsip dunia yang mengatakan bahwa jika kita “kaya,” kita bahagia. Sekali lagi Ia berkata, “Lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Matius 19:24)

Artinya, kebahagiaan sejati kita tidak ditentukan oleh prestasi, kesehatan, atau harta yang kita miliki. Seperti yang dipahami oleh dunia, ketika hidup kita tanpa hambatan, kita sedang berada dalam zona bahaya, dan kita mungkin tidak peka dan tidak bergantung kepada Tuhan.

Pengalaman Nabi Ayub adalah legendaris; ia adalah seseorang yang taat. Namun, pengalaman perjumpaannya dengan Allah terjadi ketika ia kehilangan segalanya, bahkan dukungan istrinya yang merupakan harapan terakhirnya. “Hanya dari kabar orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” (Ayub 42:5)

Ternyata, kekayaan adalah jebakan yang bisa membuat kita berada dalam zona berbahaya. Ketika kita merasa “terhibur” oleh kekayaan kita, kita mungkin tidak peka bahwa kehidupan yang kita jalani sebagai “ciptaan baru” tidak tergantung pada materi. Yesus sedang mengajarkan nilai kehidupan kita sebagai ciptaan yang baru, yaitu ketika kita merasa “tidak berdaya,” kita dapat mengalami Allah, dan kita berada dalam zona Kerajaan Allah. (DD)

Questions:
1. Mengapa kesuksesan dan kekayaan dapat menjadi jebakan?
2. Bagaimana seharusnya sikap kita dalam kehidupan ini?

Values:
Ketergantungan pada Sang Raja adalah sumber kekuatan bagi warga Kerajaan yang telah menjadi ciptaan yang baru.

Kingdom’s Quotes:
Bahaya menjadi orang kaya adalah kita mungkin tidak lagi percaya kepada Tuhan dan tidak menyadari bahwa Tuhan adalah sumber dari segalanya.