BENARKAH KITA TIDAK BUTUH TUHAN?
Bacaan Setahun:
2 Sam. 14-15
Ams. 26
“Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.” (Pengkhotbah 1:14)
Salah satu spot yang dianggap penting dan menarik dalam sistem peribadahan kita adalah ruang kesaksian yang khusus menampilkan tokoh-tokoh terkenal. Terkenal sebagai pebisnis, profesional, pejabat publik atau tokoh penting di bidang lainnya yang dianggap sukses. Seringkali mereka diundang secara eksklusif untuk memberikan kesaksian yang tentu saja menarik. Materi kesaksian biasanya seputar kesuksesan mereka dan andil Tuhan yang bernuansa mujizat. Jadi intinya, disaksikan bagaimana hebatnya Tuhan sehingga mereka bisa sampai di posisi seperti sekarang.
Kesaksian-kesaksian seperti ini tentu saja tidak salah, dan sah-sah saja disampaikan namun kalau kemudian dipersepsikan kalau itulah manfaat dan keuntungan yang didapatkan karena percaya Tuhan, maka perlu dikritisi. Mengapa? Bukankah bersama Tuhan kita melakukan perkara besar? Memang benar, tetapi jika berbicara mengenai menjadi orang-orang berhasil, di luar sana ada banyak sekali orang-orang hebat yang berhasil tanpa Tuhan. Orang terkaya di dunia bukanlah orang yang percaya Kristus. Olah ragawan terhebat, artis-artis terkenal dan sebagainya bukanlah orang yang serius dengan Tuhan. Jadi artinya, kesuksesan semacam itu sebenarnya bisa saja didapatkan tanpa Tuhan, malahan lebih hebat dari yang disaksikan dan itu adalah fakta.
Pada umumnya, orang-orang tanpa Tuhan malahan lebih hebat dari anak-anak Tuhan. Bahkan iptek dewasa ini bukanlah di bawah kendali anak-anak Tuhan, termasuk juga politik, ekonomi dan bidang-bidang strategis lainnya. Malahan di negara tertentu, orang Kristen justru dikejar-kejar, ditekan dan disingkirkan dari segala macam fasilitas, sehingga bisa survive saja sudah merupakan mujizat.
Jika demikian, menjadi pertanyaan; apakah manfaatnya menjadi pengikut Kristus? Apakah maksud Tuhan dalam hidup kita jika pada akhirnya tetap ‘kalah’ dibandingkan orang-orang yang tidak percaya? Di 1 Korintus 15:19 dikatakan; “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.” Artinya, pengharapan kita pada Kristus bukan fokus pada hal-hal yang fana, karena semuanya relatif dan sementara. Tentu kita tidak sedang menghibur diri jika hal-hal itu tidak tercapai, tetapi sadarilah apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidup kita, dan itu adalah soal kekekalan.
Sementara untuk mendapatkan yang fana seperti kekayaan, prestasi, reputasi dan sebagainya, manusia sebenarnya sudah punya potensi dalam dirinya. Hanya perlu bekerja dan berlatih untuk itu dan jangan malas lalu mengandalkan mujizat terjadi. Memang ada orang-orang tertentu yang mendapat panggilan berkiprah di bidang kefanaan itu, tetapi semua untuk kepentingan Tuhan yang kekal dan bukan untuk kepentingan manusia. Kalau kita, cukupkanlah dengan apa yang ada pada kita hari ini. Haleluyah. (LS)
Questions:
1. Apakah anda sudah menemukan apa rencana Tuhan bagi hidup anda?
2. Masihkan anda berharap kepada Tuhan hanya untuk menolong dalam masalah hidup sehari-hari saja?
Values:
Pengharapan kita pada Kristus bukan fokus pada hal-hal yang fana.
Kingdom Quote:
Kemalasan jangan menjadi alasan untuk berharap mujizat terjadi.