BERBAHAGIA DALAM BERBAGAI PENCOBAAN
Bacaan Setahun:
Luk. 12:1-31, Kej. 21, Mzm. 14
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” (Yakobus 1:2-4)
Pernyataan, “Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai- bagai pencobaan”, tidak lazim bagi harapan kita, bagaimana mungkin kita ‘berbahagia dalam pencobaan’? Namun mengherankan, Rasul Yakobus mengawali surat pastoralnya dengan nasehat ini. Mengapakah kita diminta berbahagia saat menghadapi pencobaan? Pencobaan sebenarnya terjadi karena kesalahan kita sendiri yaitu karena sifat manusiawi lama yang egois dan duniawi. Itu sebabnya pencobaan terjadi sebagai sarana penyempurnaan karakter duniawi kita menjadi karakter illahi.
Ternyata pencobaan adalah ujian iman, karena memang ketika kita menjadi Kristen, kita tidak otomatis sempurna secara karakter, masih bercokol sifat manusia lama kita yang harus terus menerus dipaksa untuk kita rubah. Pengalaman penderitaan di dalam melewati berbagai pencobaan adalah ujian iman kita, dan hampir semua murid tak suka ujian tapi suka lulus dan dapat nilai yang baik
Seperti halnya di dalam proses belajar adalah wajar mengalami ´proses salah’, karena tanpa melakukan kesalahan maka kita tidak paham mana yang benar dan mana yang lebih baik dan mana yang sempurna. Yang sangat perlu disadari adalah jangan sampai kita menjadi bebal yaitu melakukan kesalahan yang berulang yang makin parah tanpa ada perbaikan. Memang di dalam dunia pendidikan ada anak yang karena tidak belajar jadi tinggal kelas alias tidak naik kelas, tetapi ada juga yang lompat naik kelas karena lebih cepat belajar dan siap menghadapi ujian yang lebih berat dari seharusnya.
Demikian juga di dalam kehidupan rohani, ketekunan dan buah yang matang yaitu karakter yang dewasa dihasilkan karena kesediaan dan kesiapan di dalam proses belajar yang terus menerus. Hanya kita yang mau tekun dan rajin belajar dan mau berubah untuk lebih baik yang akan menjadi sempurna dan tidak kekurangan suatu apapun. Tidak kekurangan suatu apapun yang dimaksud seperti ayat bacaan hari ini, bukan berbicara material, tetapi rasa cukup dan puas di sini berbicara hal spiritual di mana kita telah selesai dengan diri sendiri sehingga hidup kita siap untuk melayani orang lain.
Jadi kesiapan hati kita menerima pencobaan sebagai sarana pembelajaran sangat menentukan kecepatan kita lulus di dalam ujian kehidupan bahkan lulus dengan nilai sempurna. Baru kemudian melalui hidup kita akan muncul kerelaan yaitu sifat kasih illahi yang adalah sifat Kristus untuk menjadikan kita sumber berkat bagi banyak orang. Anda setuju? (DD)
Questions:
1. Bisakah kita berbahagia saat menghadapi pencobaan?
2. Mengapa kita harus berbahagia? Apa alasannya? Diskusikan!
Values:
Di dalam budaya Kerajaan, kebahagiaan sesungguhnya bukan tidak kekurangan secara materi tapi kedewasaan rohani sehingga merasa sejahtera secara jiwa dan rohani.
Kingdom’s Quotes:
Bacaan Setahun: Luk. 12:1-31Ketika seorang bisa berbahagia saat ujian kehidupan datang, berarti ia tahu tujuan hidupnya