BERDAMAI ATAU MENDENDAM

Bacaan Setahun: 
Yer. 3-4 
Mzm. 142 

BERDAMAI ATAU MENDENDAM 

“Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.” Roma 14:19

E. Stanley Jones, seorang misionaris Amerika menulis di majalah Reader’s Digest edisi bulan Desember 1981, bahwa seekor ular rattlesnake kalau disudutkan kadang menjadi begitu marah sehingga ia akan menggigit dirinya sendiri.

Setiap dari kita pasti pernah berselisih dengan orang lain. Paling tidak, kita pernah diposisikan dalam situasi seperti itu. Walaupun bukan kita yang memusuhi, pasti ada orang lain yang dengan sukarela menjadikan dirinya sebagai musuh kita. Kita bisa saja berselisih dengan pasangan kita sendiri, dengan orang tua kita, anak-anak kita, teman sekerja kita, teman pelayanan, bahkan dengan orang yang tidak kita kenal
sekalipun.

Saat kita berselisih, kita bisa menjadi marah dan dendam ketika kita direndahkan, dicemooh, bahkan dibanding-bandingkan dengan orang lain. Kadang kala di tengah situasi seperti itu kita terjebak oleh rasa marah kita sehingga gagal menjadi pembawa damai.

Kalau kita memendam kebencian dan kemarahan pada orang lain, sebenarnya kita melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan ular rattlesnake yaitu menggigit diri kita sendiri. Kita mencoba
untuk menyejukkan hati melalui perkataan atau sikap tertentu tapi hanya bersifat sementara saja, karena hati kita dipenuhi rasa amarah dan dendam.

Dalam ayat bacaan kita hari ini Rasul Paulus mengajarkan kita untuk mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun. Bahkan dalam Roma 12:18, Rasul Paulus menegaskan agar kita sedapat mungkin hidup dalam perdamaian dengan semua orang!

Memang benar bahwa kita tidak dapat menghindari adanya perselisihan akibat perbedaan antara kita dengan orang lain, khususnya perbedaan pendapat. Namun demikian semua perbedaan yang ada seharusnya tidak perlu menimbulkan perselisihan atau konflik jika kita mau untuk belajar saling mencari berbagai persamaan untuk melengkapi atau menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada.
Dalam hal ini respon kitalah yang paling menentukan. Kita dapat saja memaafkan dan berdamai, atau sebaliknya, kita juga bisa membenci dan mendendam kepada orang lain yang berselisih dengan kita. Kita dapat mengeluarkan kata-kata pedas penuh kritikan bahkan makian, ataukah kita dapat memberikan jawaban sederhana yang penuh kasih seperti tetesan embun atau air yang dingin.

Jadi bagaimana respon Anda dan saya ketika kita menghadapi perselisihan? Kita bisa memilih: mendendam dan ikut terjebak menjadi bagian dari masalah, ataukah kita berdamai dan menjadi bagian dari solusi. (YMH).

Questions:
1. Menurut Anda, mengapa kita harus berdamai dan tidak mendendam saat kita sedang berselisih dengan orang lain?
2. Pengalaman apa yang paling berkesan ketika Anda sedang berselisih dengan orang lain?

Values:
Warga Kerajaan Allah yang sejati adalah pribadi yang tidak terjebak dalam perselisihan, namun keluar menjadi pembawa damai.

Kingdom Quote:
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (Filipi 4:8)