BUKAN SEKEDAR BERBUAT BAIK

BUKAN SEKEDAR BERBUAT BAIK 

Bacaan Setahun: 
2 Sam. 3-4, Mzm. 94 

“sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera”. (Efesus 2:15)

Beberapa waktu yang lalu ini saya berjumpa dengan seseorang yang selama ini sudah saya bantu membiayai sekolah anak-anaknya yang masih kecil karena dia bermasalah secara ekonomi. Dalam perjumpaan itu sejujurnya saya merasa ada yang salah. Ada beberapa sikap dan perkataan yang dalam penilaian saya tidak pada tempatnya. Saat saya membawa barang yang cukup berat, tidak ada upaya darinya untuk membantu. Dan paling menjengkelkan adalah pernyataannya bahwa bantuan selama ini tidak cukup alias kurang. OMG, ini orang tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih, tidak tahu mengucap syukur. Sejujurnya, langsung terpikir untuk tidak lagi membantunya karena menurut penilaian saya orang ini tidak pantas untuk dibantu dan saya yakin, orang akan sependapat dengan saya. Ini adalah masalah etika, masalah budaya yang salah. Orang seharusnya tahu berterima kasih, bisa menghargai pemberian orang lain dan bisa bersyukur. Dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dalam persekutuan, hal-hal semacam ini sudah menjadi keharusan dan merupakan tuntutan yang wajar.

Namun sebenarnya persoalan manusia di mata Tuhan apakah hanya sebatas etika dan perilaku saja? Apakah di hadapan Tuhan sudah cukup jika seseorang sekedar berperilaku sopan? Jika ya, maka seharusnya Tuhan Yesus tidak perlu mati di kayu salib. Cukup dengan hukum Taurat saja, dengan seperangkat peraturan dan ketetapan yang jelas dan rinci. Tetapi faktanya yang dirancangkan Tuhan adalah menjadi ciptaan baru di dalam Dia seperti yang tercatat dalam Efesus 2:15 tersebut. Jadi bukan sekedar menjadi manusia ‘baik’ dalam pandangan mata manusia, tetapi dilahirkan kembali dalam kodrat manusia Ilahi yang memahami makna kehidupan rohani. Dalam kodrat ilahi inilah seseorang telah memiliki kesadaran rohani dan tanpa diajari dengan sendirinya paham hal-hal rohani dan luput dari hawa nafsu dunia yang membinasakan seperti yang tercatat dalam 2 Petrus 1:4 “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.”

Luar biasa, dengan demikian sebenarnya bagi orang-orang yang telah mengalami kelahiran kembali dan menjadi ciptaan baru sudah tidak perlu dipaksakan dan diancam, berbuat baik dan benar itu akan muncul dengan sendirinya. Walaupun pada awalnya seperti bayi yang belum bisa sempurna menjadi manusia dewasa, tetapi potensi untuk itu sudah ada. Cukup dengan bertumbuh maka suatu hari akan menjadi manusia dewasa dalam segala hal. Seperti yang tercatat dalam 2 Petrus 1:4-7, memang harus ada upaya mengembangkan potensi yang ada sampai goalnya yaitu mampu menyalurkan kasih ilahi kepada semua orang. Halleluyah. (LS)

Questions:
1. Apakah anda merasa sudah beretika dan berperilaku baik dan diakui orang lain?
2. Sudah merasa puaskah anda jika sudah diakui orang lain sebagai orang baik?

Values:
Seorang warga kerajaan seharusnya sudah tidak perlu dipaksakan dan diancam dalam berbuat baik dan benar, itu akan muncul dengan sendirinya.

Kingdom Quotes:
Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. Galatia 6:15