CORONA, UJIAN ATAU AZAB

Bacaan Setahun: 
Ayb. 40-42 
Kol. 2 

CORONA, UJIAN ATAU AZAB 

“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.” Galatia 6:2-3

Bencana alam ataupun wabah, seringkali menunjukkan wajah asli ‘siapa diri kita sebenarnya’ Saat wabah Covid merebak sekarang ini, kita bisa melihat banyak orang mengumpulkan makanan, atau obat- obatan secara berlebihan. Lalu mulai terjadi perilaku mencari kesempatan di dalam kesempitan, yaitu mengambil keuntungan di saat orang lain mengalami kesusahan. Sebuah refleksi naluri sifat manusia berdosa yang mempertahankan kehidupan secara egois. Manusia terlupa dan kehilangan rasa ‘kemanusiaannya’ padahal Yesus mengajarkan ‘kasihi sesamamu seperti dirimu sendiri’ sebagai hukum yang utama.
Mengapa perilaku menolong tanpa pamrih, justru ditunjukkan oleh orang ‘Samaria’, yaitu pedagang atau profesional yang sama sekali tak terpandang dan yang tak berjubah agama? (Seperti cerita perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati).

Benarkah agama justru membutakan nurani kita? Benarkah kita merasa bahwa akibat taat beribadah kita telah memperoleh Sorga, sehingga tak perlu berkorban bagi sesama? Bukankah kita sedang menipu diri sendiri? Sorga apa yang sedang kita perjuangkan jika saat hidup di dunia ‘egois dan tak dapat merasakan penderitaan orang lain’. Sorga macam apa yang sedang kita perjuangkan, kalau kita yang sedang mengalami bencana kita katakan ‘ujian’, sedang kalau bencana di alami orang lain kita bilang ‘azab’. Bukankah bencana alam tak mengenal agama, seperti juga matahari bersinar cerah tak memilih tempat, apakah itu kota maksiat atau kota suci.

Bencana alam dan wabah pandemi Covid-19, seharusnya menyatukan kita yang sering membedakan antara Kita dan Mereka Ataupun Aku dan Kamu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, bukannya sekadar toleransi, tapi budaya asli Sorga.

Di tengah wabah dan bencana, bisakah kita manusia melahirkan budaya Sorga, yaitu berkorban dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri? Dan mencampakkan budaya dan agama, yang melabeli antara siapa yang menerima azab dan siapa yang menerima ujian, karena hal ini mendorong kita mengutuki dan tak perlu menolong yang ‘terazab’. Sesungguhnya melabeli orang lain terkena ‘azab’ adalah tipuan cerdas iblis yang menyamar sebagai malaikat terang, yaitu mengilhami budaya egois yang berasal dari neraka. Anda mengerti? (DD)

Question:
1. Bagaimana menurut Anda apakah pandemi Corona adalah Azab (hukuman) Allah ?
2. Hal apa yang seharusmya kita pratekkan saat ini?

Values:
Mengambil kesempatan di atas kesempitan yaitu di atas kesusahan orang lain adalah jelas bukan budaya Kerajaan Sorga.

Kingdom Quote:
Di tengah bencana kita bisa menjumpai, manusia pengirim berkat berhati malaikat, atau manusia egois berhati iblis.