DEMI KESELAMATAN SAMPAIKAN KEBENARAN
Bacaan Setahun:
2 Taw. 14-16, Zakh. 1-2
“Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungjawaban atas nyawanya daripadamu” (Yehezkiel 33:8)
Hari ini kita hidup dalam zaman humanisme dan hak asasi manusia, yang berarti bahwa kebebasan individu tidak boleh dibatasi oleh orang lain, selama tindakan individu tersebut tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Sebagai contoh ekstrem, Gereja tidak boleh melarang pasangan sesama jenis untuk menikah; Gereja harus memberkati dan mengesahkan pernikahan tersebut, dan hal ini benar-benar terjadi di beberapa negara bagian di Amerika. Jika Gereja melarang, hal ini dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia (human right)
Padahal prilaku homosexual adalah prilaku menyimpang yang sangat dicela, jika kita mengacu pada Firman Tuhan Yang tertulis. Didalam kitab imamat misalnya, prilaku hubungan sex sejenis ini disebut kekejian dihadapan ALLAH, bahkan laki- laki memakai baju perempuan saja dan juga sebaliknya adalah kekejian. “Seorang perempuan janganlah memakai pakaian lakilaki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu” ( Ulangan 22:5 )
Lalu, bagaimana sikap kita sebagai orang percaya? Alkitab dengan jelas menyatakan, seperti ayat yang telah dibaca di atas, bahwa kita harus bersuara, yaitu memperingatkan. Karena jika tidak, bukan hanya orang tersebut yang akan dihukum atas kesalahannya, tetapi kita juga akan dimintai pertanggungjawaban oleh ALLAH atas ‘nyawa’ orang tersebut. Ini adalah tanggung jawab yang sangat berat bagi kita yang mengenal kebenaran. Namun, jika kita telah memberikan peringatan dan orang tersebut tidak bertobat, maka kita tidak lagi bertanggung jawab atas kesalahan orang tersebut. “Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu” (Yes. 33:8-9).
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari ini? Tuhan tidak menginginkan kita hanya menjadi pasif setelah kita mengenal kebenaran. Kita harus bersuara, yaitu memberi peringatan kepada orang lain yang belum berjalan dalam kebenaran. Karena ada konsekuensi serius bagi kita jika kita tidak memberikan peringatan, tetapi jika kita memberikan peringatan, kita akan menyelamatkan nyawa kita sendiri. “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2 Timotius 4:2).
Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihati muridnya, Timotius, untuk selalu siap, baik pada waktu yang sesuai maupun yang tidak sesuai. Karena ada konsekuensi hidup dan mati dalam memberitakan kebenaran. Tentu saja, nasihat ini berlaku juga untuk kita. (DD)
Questions:
1. Mengapa kita harus memberi peringatan tentang kebenaran kepada orang lain?
2. Apa konsekuensi jika kita memberikan peringatan?
Values:
Saat kita memberikan peringatan, ada otoritas dan kasih dari Sang Raja dalam perkataan kita
Kingdom’s Quotes:
Kasih Tuhan akan menyanggupkan kita untuk mengingatkan orang yang belum mengenal kebenaran