FLEXING
Bacaan Setahun:
Mzm.1, Yos. 1-3, Amsal 5
“Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan” ( 1 Timotius 6:9).
Flexing adalah istilah yang digunakan untuk mereka yang suka pamer kekayaan. Keberadaan dari media sosial membuat fenomena flexing semakin mudah untuk dilakukan. Tak bisa dipungkiri, jika sangat sulit bagi kita untuk tidak melakukan flexing ketika memiliki sesuatu untuk dipamerkan. Meski dilakukan secara virtual, tetapi kebiasaan flexing membuat manusia ingin terlihat memiliki kekayaan, menarik secara fisik, dan juga populer.
Belakangan flexing mulai berdampak buruk karena menimbulkan rasa iri yang berlebihan. Tak kurang Presiden Jokowi mengingatkan jajaran Perwira polisi dan keluarganya untuk menghindari pamer kemewahan. Dan baru-baru ini, Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani meminta membubarkan club Moge (Motor Gede), yang ada di kalangan ASN di departemen keuangan. Ibu Sri Mulyani juga melarang bawahannya untuk melakukan flexing. Sebab, flexing bisa memicu rasa kesal masyarakat yang telah dengan susah-payah membayar pajak yang jumlahlah tidak sedikit. Jika masyarakat kecewa mereka bisa memboikot dan tak mau membayar pajak secara benar.
Mengapa prilaku flexing sangat marak dan dilakukan oleh banyak kalangan? Bahkan juga dilakukan dikalangan Pendeta Kristen dan keluarganya? Secara ilmu jiwa, Flexing atau pamer kekayaan adalah cara menunjukkan kesuksesan seseorang lalu kemudian berharap mendapat penghargaan. Ketika seorang mendapat pujian dan penghargaan, maka ia merasa senang. Dengan demikian seseorang yang gemar flexing adalah orang yang lapar dan haus akan pujian dan pengakuan orang lain. Jika demikian, apakah bisa dikatakan seorang yang suka flexing adalah seorang yang sakit jiwa? Kalau mengacu bahwa semua orang butuh pengakuan, tentu tidak. Namun bilamana nafsu flexing telah sedemikian rupa hingga sampai melakukan berbagai tipuan kamera, maka bisa bisa jadi orang tersebut sudah dalam taraf ‘sakit jiwa‘. Ia akan kecanduan flexing, dan terus memikirkan bagaimana cara semakin mendapat pujian.
“Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia” (Pengkotbah 5:9).
Waspadai prilaku Anda, apakah Anda termasuk seorang yang suka cari perhatian secara berlebihan? Apakah hati Anda serasa hampa bila tak melakukan pamer dengan konten flexing? Bila demikian, Anda telah terjangkiti ‘virus flexing’. Siapapun Anda, bisa terjangkit virus ini. Waspadalah, sebab kekayaan, kemewahan, dan kegagahan hanya tipuan belaka. Anda tak akan pernah merasa puas seberapun Anda memiliki dan memamerkannya. (DD)
Questions:
1. Wajarkah bila seseorang menyukai Flexing?
2. Mengapa flexing berlebihan berbahaya ?
Values:
Semakin hati orang jauh dari kasih Tuhan, maka semakin lapar ia akan mencari pujian
Kingdom Quotes:
Pusat Pujian bagi Warga Kerajaan adalah kebaikan Sang Raja, bukan kekayaan dirinya.