INSYA ALLAH
Bacaan Setahun:
Pkh. 4-6
Mrk. 1
“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius 5:37)
Bulan lalu kami dalam penerbangan dari Makassar ke Tana Toraja gagal mendarat dan kembali ke bandara Sultan Hasanuddin dikarenakan cuaca di Bandara Buntu Kunik Toraja tidak memungkinkan untuk didarati. Setelah mendarat, kami diminta tetap di dalam pesawat menunggu perkembangan selanjutnya. Setelah beberapa saat diumumkan bahwa kondisi cuaca sudah membaik dan siap berangkat, namun sesaat kemudian berubah lagi karena cuaca tiba-tiba berubah. Demikianlah rencana berubah-ubah sampai kemudian diputuskan reschedule dan kembali ke bangunan terminal untuk menunggu kepastian cuaca.
Serombongan turis Belgia yang ikut sebagai penumpang tampak bersitegang dengan petugas penerbangan minta kepastian langkah selanjutnya karena ketika ditanya hanya dijawab dengan kata ‘insya Allah’ yang artinya jika Allah menghendaki. Jawaban ini jelas tidak memuaskan bagi mereka yang terbiasa dengan kepastian. Sebagai orang Indonesia saya tidak heran dengan kata tersebut selain karena sudah sering mendengarnya, juga karena tidak seorangpun yang dapat menentukan alam, hanya TUHAN saja. Syukur, tidak lama kemudian kami diminta boarding dan akhirnya berhasil mendarat di Tana Toraja.
‘Insya Allah’ adalah kata yang biasa diucapkan orang jika berkaitan dengan kepastian di masa depan, karena sejatinya orang tidak tahu apa yang akan terjadi. Hal ini juga tertulis di dalam Alkitab di Yakobus 4:15 “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Jadi apakah kemudian segala sesuatu insya Allah? Jika dalam dunia usaha saat kita dituntut kepastian atau jaminan pekerjaan, dituntut komitmen, dituntut keseriusan apakah kemudian semuanya dapat dijawab insya Allah? Ternyata tidak, karena dari Matius 5:37, justru kita diminta untuk memberikan jaminan dan kepastian walau hal itu untuk kondisi di masa depan. Mengapa? Karena ada tanggungjawab yang tergantung kepada kita dan bukan TUHAN.
Menjadi orang yang bertanggungjawab dan dapat dipercaya adalah keputusan yang kita pilih. Tentu itu adalah proses kehidupan yang membutuhkan waktu dan tidak terjadi dalam sehari sampai akhirnya kita menjadi pribadi yang dapat dipercaya dan diandalkan. Memang kita tidak dapat mengatur kehidupan di luar, tetapi seharusnya dapat memastikan bahwa kita adalah orang yang teguh, berintegritas dan setiap janji atau komitmen yang dibuat pasti tidak akan berubah sampai kapanpun. Jadi jangan mengatakan insya Allah jika berurusan dengan integritas. Halleluyah. (LS)
Questions:
1. Apakah anda dapat dipercaya dan diandalkan?
2. Apakah anda tipe orang yang punya prinsip dan tidak hanya ikut-ikutan orang banyak?
Values:
Jangan mengatakan insya Allah jika berurusan dengan integritas.
Kingdom Quote:
Dapat dipercaya itu hitam atau putih, tidak boleh abu-abu.