INTOLERANSI
Bacaan Setahun:
2 Taw. 34-35
2 Kor. 10
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yohanes 16:33)
Di tahun 2021 Jawa Barat sebagai salah satu propinsi di Indonesia, dinobatkan sebagai propinsi paling intoleran menurut penelitian Setara Institute. Hal ini ditandai dengan banyaknya kasus pelanggaran kebebasan beragama yang terjadi di berbagai daerah di Jawa Barat. Kasus seperti penutupan dan pengrusakan tempat ibadah, pelarangan kegiatan keagamaan ‘minoritas’, ijin pendirian tempat ibadah yang dipersulit dan tindakan intoleransi lainnya paling banyak terjadi di propinsi ini. Intoleransi tentu saja dilakukan pihak yang mayoritas dan yang paling banyak diderita oleh pihak Kristen.
Di negara Indonesia yang berdasarkan hukum, tentu saja hal ini menjadi keprihatinan dan tidak bisa diterima karena kebebasan beragama dijamin oleh undang-undang. Namun faktanya, hampir tidak ada kasus intoleransi yang dapat diselesaikan secara hukum dan biasanya dibiarkan saja terjadi. Malahan menurut data terbaru, kasus intoleransi cenderung meningkat setiap tahun. Hal ini tentu saja menjadi isu yang tidak baik dan tidak kita diinginkan terjadi.
Tetapi bulan lalu selama berada di Bandung sebagai ibukota Jawa Barat, sejujurnya saya tidak merasakan dan tidak mengalami apapun yang berkaitan dengan intoleransi khususnya dalam kehidupan sebagai orang Kristen. Sistem peribadatan berjalan dengan baik, tempat-tempat ibadah aman-aman saja dan tentu saja tidak ada persekusi sama sekali. Tentu ada kasus-kasus intoleransi di daerah tertentu tetapi itu hanya berkaitan dengan kegiatan keagamaan seperti tempat ibadah dan acara dan belum sampai kepada persekusi secara pribadi. Berbeda dengan pengalaman para murid Tuhan Yesus sejak tampil pertama kali seperti yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul.
Selain pelarangan kegiatan keagamaan, mereka juga pengalami persekusi secara pribadi, dimasukkan penjara, dianiaya fisik sampai kepada pembunuhan. Namun justru persekusi menyebabkan mereka semakin kuat dan semakin tersebar sampai memenuhi seluruh kerajaan Romawi pada masa itu. Mengapa? Jawabannya sederhana saja, mereka sadar dan paham betul siapa yang mereka layani yaitu Bapa segala roh yang tidak terikat tempat dan waktu. Seperti yang tertulis dalam Yohanes 4:23 “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.”
Jadi kehidupan kerohanian kita tidak ditentukan oleh kegiatan lahiriah yang dapat dihambat dan ditentang manusia. Kehidupan kita adalah hubungan pribadi dengan Bapa yang tidak seorangpun dapat menghambatnya. Karena itu kembangkan terus hubungan dengan Bapa yang kekal dan hidup dalam persekutuan dengan-Nya setiap hari dan jangan takut. Amin (LS)
Questions:
1. Selama pandemi covid-19 apakah halangan beribadah mempengaruhi kehidupan kerohanian anda? Bertumbuh atau semakin menurun?
2. Apakah ada pengalaman spiritual yang anda alami justru di luar kegiatan keagamaan?
Values:
Kehidupan rohaniah kita adalah hubungan pribadi dengan Bapa yang tidak seorangpun dapat menghambatnya.
Kingdom Value:
Tuhan Yesus berkata, “Aku telah mengalahkan dunia”. Halleluyah.