JAMU (JAGA MULUT)
Bacaan Setahun:
1 Taw. 11, Yoh. 14
“Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.” (Pengkhotbah 5:1)
Bagi kita yang hidup di Indonesia, jamu bukanlah suatu hal yang asing. Tiap-tiap hari kita jumpai banyak orang yang minum pelbagai jenis jamu yang dibuat dari bermacammacam tumbuh-tumbuhan tradisionil. Penjual jamu dari yang sederhana; jamu gendong sampai jamu yang dikemas secara modern dapat kita jumpai dimana-mana. Bahkan pabrik jamu ada di beberapa kota di Indonesia. Di tempat-tempat tertentu ada kios-kios jamu yang menjual jamu disertai dengan telor dan madu. Bukan hanya itu saja, kita pun mengenal bakul-bakul jamu yang meramu sendiri dan mengedarkannya sampai ke pelosok-pelosok desa. Di Surabaya, saya melihat banyak sekali penjual jamu. Dengan demikian dapatlah dikatakan jamu itu sudah sedemikian merakyat, sehingga peminumnya bukan saja dari kalangan rakyat jelata seperti tukang becak dan buruh-buruh kasar, tetapi juga mereka yang tinggal di rumah-rumah gedung mewah.
Pernahkah Anda minum jamu tradisionil? Kebanyakan rasa jamu itu pahit, khususnya jamu brotowali, itu sangat pahit sekali, tetapi mengapa demikian banyak orang yang menyukainya? Tak lain karena mereka mengerti akan khasiat jamu ini. Biar pun pahit, tetapi sebenarnya baik untuk tubuh, jadi mereka suka meminumnya.
Tetapi jamu yang saya maksud disini adalah jaga mulut (jamu). Raja Salomo mengingatkan, “Didalam banyak bicara pasti ada pelanggaran , tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” (Amsal 10:19). Ada yang mengatakan lebih baik sedikit bicara banyak bekerja, hasilkan karya yang bermanfaat dari pada menghamburkan energi untuk hal yang tidak perlu seperti gosip, cemooh, fitnah dan sebagainya. Jadi pergunakan dengan baik kata-kata kita.
Firman Tuhan juga kadang-kadang demikian pahit dan keras menegur dosa-dosa kita, tetapi tujuan Tuhan dengan tegoran itu baik adanya, yaitu supaya kita datang lebih dekat kepada Tuhan dan mempunyai kehidupan yang benar. Efesus 4:29 “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Moralitas bagi kehidupan orang Kristen adalah tidak berkata dusta, mampu mengendalikan diri, tidak emosional dan menjaga tutur kata sehingga tidak berkata kotor. Untuk itu mari menjaga mulut kita, agar mengeluarkan perkataan yang baik yang memberkati setiap orang, Anda setuju? (AU)
Questions:
1. Apakah Anda menyukai teguran yang keras oleh firmanNya? Mengapa?
2. Mengapa Tuhan mau supaya kita sedikit bicara tetapi banyak bekerja?
Values:
Moralitas bagi kehidupan orang Kristen adalah tidak berkata dusta, mampu mengendalikan diri, tidak emosional dan menjaga tutur kata
Kingdom’s Quotes:
Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. (Amsal 16:24)