JANGAN BAKAR ‘FIRMAN TUHAN’, TAPI BERTOBATLAH !
Bacaan Setahun:
Mzm. 86, Kel. 34, Kis. 26
“Setiap kali apabila Yehudi selesai membacakan tiga empat lajur, maka raja mengoyak-ngoyaknya dengan pisau raut, lalu dilemparkan ke dalam api yang di perapian itu, sampai seluruh gulungan itu habis dimakan api yang di perapian itu” (Yeremia 36:23).
Jaman Perjanjian Lama, dalam sejarah bangsa Israel, ALLAH memakai para Nabi untuk menyuarakan perintah dan rencanaNya. Potongan cerita pada ayat bacaan diatas adalah peristiwa penolakan Raja Yoyakim atas pesan Tuhan yang disuarakan oleh Nabi Yeremia. Ia membakar gulungan tulisan yang berisi pesan Tuhan yang disuarakan Nabi Yeremia. Ia menolak untuk ‘berubah’, menolak untuk bertobat.
‘Bertobat’ adalah merubah cara berpikir dan prilaku lama kepada cara berpikir dan prilaku yang baru. Nilai lama yang menjadi gaya hidup kepada nilai hidup yang baru. Semua Hukum / Firman mempunyai pakem yang sama, ‘rubah cara hidup lama yang salah kalau tidak akan ada konsekwensi yang buruk’.
Setiap manusia punya kehendak sendiri yang dianggap paling nyaman dan benar. Dan untuk merubah kebiasaan yang sudah lama dipraktekkan tidaklah mudah. Seseorang baru akan bertobat dan merubah pola makan tidak sehat dengan pola makan sehat dan berolahraga teratur, setelah menderita sakit keras .
Mengapa banyak pelajar melakukan belajar ‘kebut semalam’ sebelum besok ujian, padahal mereka tahu kalau tidak mendisiplin diri untuk belajar teratur maka hasil ujian akan buruk ?. Sikap ‘ permisif ‘, yaitu merasa tak bersalah, saat tanpa perjuangan keras dan berharap hasil maksimal.
Sejarah kehidupan manusia, juga bersiklus, kakek bekerja keras memulai usaha karena miskin, Ayah membesarkan usaha sang kakek, anaknya menghancurkan usaha karena saat lahir sudah nyaman. Cucunya akan mulai membangun kembali dari kebangkrutan karena hidup susah. Demikian juga kehidupan bangsa Israel, Sikluslah juga berulang, jika hidup sudah dipulihkan, kaya dan nyaman mulai meyimpang ( tidak disiplin ). Ketika hidup sengsara, bertobat.
Ada idiom yang berkata’ hukum dibuat untuk dilanggar’ , idiom yang menggambarkan sifat dasar manusia yang mau hidup tanpa aturan dan disiplin. Inilah semboyan yang tepat menggambarkan naluri manusia , “ bayi dimanja, muda foya- foya, tua kaya raya, mati masuk Sorga”. Sebuah semboyan yang hanya mau hidup senyaman- nyamannya tanpa disiplin dan tanggung jawab.
Naluri Raja Yoyakim adalah juga naluri kita semua, ingin menyobek dan membakar semua aturan Firman yang membatasi dan mendisiplin diri. Seperti Raja Yoyakim kita hanya mau hidup semaunya tanpa aturan. Sehingga hanya satu kata yang tepat ‘ bertobatlah ‘ sebelum konsekwensi lebih buruk akan kita alami. (DD)
Questions:
1. Benarkah pada dasarnya kita ingin bebas dan tak ingin ada aturan?
2. Mengapa kita ingin mendapatkan hasil maximal tanpa proses perjuangan ?
Values:
Warga kerajaan menyadari bahwa setiap keberhasilan butuh perjuangan dan pengorbanan.
Kingdom Quotes:
Cara berpikir mendapatkan hasil sebanyak banyaknya dengan pengorbanan sedikitdikitnya, akan cenderung melanggar hukum.