KAYA DI HADAPAN ALLAH

Bacaan Setahun: 
Mzm. 31 
Yer. 43-45 

KAYA DI HADAPAN ALLAH 

”Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti. Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah” (Lukas 12:19-21).

Diceritakan seorang raja mempunyai empat istri. Saat ia sakit keras dan merasa akan mati, ia meminta istri yang keempat untuk menemaninya di akhirat dan mati bersamanya. Istri yang keempat ini selalu diberi baju yang terbaik, diberi perhiasan yang terbaik, dan diberi makanan yang terlezat. Namun istri yang keempat ini menolak dan berkata, “Saya tak mungkin menemanimu sampai akhirat. Kesetiaan saya hanya sampai di dunia ini.” Lalu ia berharap istri ketiga, yaitu istri yang banyak menyenangkan sang saja. Banyak waktu dihabiskan sang raja bersama istri yang ketiga ini. Banyak uang yang juga dihabiskan untuk istri yang ketiga ini. Namun istri yang ketiga ini juga menolaknya dan berkata, “Kalau kamu mati lebih baik aku jadi milik orang lain.” Tanpa putus asa sang raja berharap pada istri yang kedua. Namun istri yang kedua berkata, “Aku tak mungkin ikut denganmu. Tapi aku pasti mengaturkan upacara pemakaman yang terbaik bagimu.” Dalam keputusasaan, istri tertua yaitu istri pertama yang jarang sekali raja perhatikan justru berkata, “Aku akan selalu menyertaimu sampai akhirat sekalipun.”

Istri keempat adalah tubuh jasmani kita yang kita rawat serta diberi makanan dan pakaian yang terbaik. Tapi tubuh kita tidak dapat menyertai kita sampai akhirat. Istri ketiga adalah pekerjaan, hobi dan harta kita. Setelah kita mati, semua harta akan menjadi milik orang lain. Istri kedua adalah keluarga dan sahabat kita. Pada saat kematian mereka yang mencintai kita ini hanya bisa mengatur upacara pemakaman kita. Istri pertama adalah jiwa kita. Ia akan bersama kita terus bahkan sampai setelah kematian, karena jiwa kita adalah kita yang sesungguhnya.

Ayat bacaan di atas mengajarkan pada kita supaya kita tidak bertindak bodoh dengan hanya memperhatikan kebutuhan tubuh dan jiwa kita di dunia saja. Kita harus mengusahakan menjadi “kaya di hadapan Allah.” Artinya ayat ini pararel dengan cerita raja di atas bahwa seharusnya kita lebih mempersiapkan jiwa kita untuk suatu kehidupan setelah kematian, dari pada hanya kesenangan sementara di dunia ini. Dan selama di dunia inilah sebenarnya tempat kita mempersiapkan diri supaya “jiwa kita kaya.” Karena hanya jiwa yang “kaya di hadapan Allah” yang dapat menjamin hidup kita berkenan menghadap Allah Bapa kita di Surga. (DD)

Questions:
1. Apakah yang dimaksud kaya di hadapan Allah? Apakah ada hubungan dengan kaya secara harta jasmani ?
2. Bagaimana supaya kita kaya di hadapan Allah?

Values:
Warga kerajaan sejati pasti belajar bagaimana caranya “kaya di hadapan” Sang Raja. Bukan kaya harta tetapi kaya dengan kebaikan.

Kingdom Quote:
Sekaya apapun kita di dunia ini , kekayaan kita tak dapat menjamin kehidupan kita setelah kematian.