KEHIDUPAN SEORANG IMAM
Bacaan Setahun:
Hak. 7
Mzm. 117-118
Kis. 20
“Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya” (Mazmur 15:1-2).
Banyak orang mau terlibat di dalam melayani Tuhan, tetapi tidak banyak orang yang memahami dengan benar arti menjadi seorang imam, sehingga mereka tidak menjaga hidupnya sebagaimana seharusnya kehidupan seorang imam.
Imam adalah seseorang yang dikhususkan oleh Allah. Hidupnya dipersembahkan untuk melayani Allah; baik melayani di pintu kemah pertemuan, maupun melayani di dalam kemah pertemuan. Kitab Imamat mengupas tuntas bagaimana seharusnya kehidupan seorang imam yang layak dan berkenan di hadapan Tuhan. Mereka benar-benar harus menjaga hidupnya kudus, tidak bercela, dan tidak bercacat sedikit pun. Di dalam surat 1 Timotius 3, kita juga dapat membaca apa yang diuraikan oleh Rasul Paulus mengenai kriteria seorang penilik jemaat (gembala), dan juga kriteria untuk menjadi seorang diaken. Tidak sembarangan! Wajib diuji terlebih dahulu, perlu dilihat dan dipertimbangkan rekam jejaknya, agar di belakang hari tidak timbul masalah karena digugat orang alias menjadi batu sandungan jemaat.
Mazmur 15:1-2 menegaskan, siapa yang boleh menumpang dalam kemah Tuhan? Siapa yang boleh diam di gunung Tuhan yang kudus? Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, melakukan apa yang adil, mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya. Bukankah standar untuk menjadi seorang imam tidak main-main? Tinggi sekali standarnya, sebab ia bertanggung jawab langsung kepada Tuhan.
Mungkin ada yang berpikir, “Melayani Tuhan kan karena kasih karunia Tuhan?”. Betul! Namun, harus digarisbawahi justru karena kasih karunia, kita malah harus lebih bersungguh-sungguh melayani Tuhan. Mengapa? Karena standar kasih karunia lebih tinggi dari Hukum Taurat. Ketika kita dipilih, dipercaya, ditetapkan sebagai seorang imam, pahami baik-baik bahwa hidup seorang imam sudah tidak sama lagi dengan orang-orang awam. Hidup seorang imam sudah dipisahkan, dikuduskan, dikhususkan untuk melayani Tuhan. Apa yang dicinta dunia harus kita lepaskan, relakan dan matikan, supaya hidup kita berkenan di hadapan Tuhan.
Rasul Paulus menegaskan di dalam Galatia 1:10 Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. Jadi, kehidupan seorang imam hendaknya senantiasa menyukakan hati Tuhan, mengejar perkenanan Tuhan, bukan mengejar perkenanan manusia.(LA)
Questions:
1. Siapakah yang disebut sebagai imam?
2. Bagaimana seharusnya kehidupan seorang imam?
Values:
Bila kita menyadari kasih karunia-Nya diberikan dengan cuma-cuma, maka seharusnya kita tidak menyia-nyiakan kesempatan melayani Tuhan.
Kingdom Quote:
Imamat yang rajani, menghargai kasih karunia Tuhan dengan senantiasa memegang teguh Firman Tuhan dan menghidupiNya