KEKENYANGAN ROHANI
Bacaan Setahun:
Ayb. 40-42
Kol. 2
“Orang yang kenyang menginjak-injak madu, tetapi bagi orang yang lapar segala yang pahit dirasakan manis.” (Amsal 27:7)
Apakah rasa makanan yang paling enak? Rasa makanan yang paling enak adalah saat kita makan dalam keadaan lapar. Demikianlah sebuah perbincangan sederhana yang terdengar di sebuah warung. Perbincangan ini menggambarkan bahwa kenikmatan menikmati makanan bukan hanya ditentukan oleh rasa makanan tetapi justru oleh selera makan kita.
Pernahkah kita mengalami saat ditawarkan makanan yang enak, tetapi kita kurang berselera menikmatinya karena merasa kenyang?
Madu adalah gambaran sebuah hal yang manis, tetapi mengandung berbagai nutrisi yang menyehatkan. Alkitab menggambarkan madu sebagai simbol tentang Firman Tuhan yang sangat berguna bagi kehidupan rohani kita. Yeh 3:2-3 “Maka kubukalah mulutku dan diberikan-Nya gulungan kitab itu kumakan. Lalu firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, makanlah gulungan kitab yang Kuberikan ini kepadamu dan isilah perutmu dengan itu.” Lalu aku memakannya dan rasanya manis seperti madu dalam mulutku.”
Firman Tuhan sering digambarkan seperti sesuatu yang dimakan. Yesus sendiri sebagai sang Firman menggambarkan diri-Nya sebagai Roti Hidup. Itu sebabnya Yesus menggambarkan sebuah kualitas yang dibutuhkan agar kita bisa menikmati “makanan rohani terbaik” yang telah disediakannya, yaitu: rasa haus dan lapar akan kebenaran (Mat 5:6).
Namun, meskipun Allah telah menyediakan nutrisi rohani terbaik bagi hidup kita, banyak orang yang justru menginjak-injak atau menganggap remeh Firman Tuhan. Penyebabnya adalah sebuah “rasa kenyang”. Apa penyebab rasa kenyang kita? Mark Batterson mengungkapkannya dengan pernyataan berikut ini, “Jika Anda tidak merasakan lapar dan dahaga akan Allah, mungkin Anda terlalu kenyang atau penuh dengan diri Anda sendiri”.
AW. Tozer, seorang theolog terkenal berkata bahwa salah satu musuh terbesar kekristenan adalah puas diri secara rohani. Hal ini bermakna bahwa fokus pada kesenangan dan kepuasan diri selain Kristus membuat kita pada akhirnya kehilangan selera rohani kita terhadap Kristus dan kebenaran-Nya.
Secara alamiah proses kehilangan selera makanan rohani itu seringkali tidak terjadi secara langsung, tetapi menyurut secara perlahan. Apa penyebabnya? Dimulai dari sebuah sikap ketidakbergantungan pada Tuhan, mengandalkan kemampuan diri, dan ketidakdisiplinan rohani atau pengabaian waktu untuk membangun relasi dengan Tuhan dan Firman-Nya.
Kodrat dosa selalu berusaha untuk menjauh dari Allah. Yesus mati di kayu salib untuk menebus dan memanggil kita agar bisa dekat atau bersekutu dengan diri-Nya (1 Kor 1:9).
Mari belajar seperti Daud yang meski dalam segala kesuksesan, kemampuan, kekuasaan, tetap bisa berkata “Lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain”. (HA)
Questions:
1. Apa yang dimaksud dengan kekenyangan rohani?
2. Bagaimana cara Anda supaya selalu lapar akan kebenaranNya?
Values:
Salah satu musuh terbesar kekristenan adalah puas diri secara rohani.
Kingdom Quote:
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan (Matius 5:6)