MEMPUNYAI TELINGA TAPI TIDAK MAU MENDENGAR

MEMPUNYAI TELINGA TAPI TIDAK MAU MENDENGAR 

Bacaan Setahun: 
2 Raj. 21 
Yoh. 8 

“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.” (Yakobus 1:19)

Akhir-akhir ini, saya menemukan fenomena menarik di lingkungan saya. Orang-orang lebih senang lepas tangan terhadap teman maupun jemaat dengan mengatakan, “Harusnya kamu berdoa”, “Tuhan ada di dalammu, harusnya kamu bisa mengatasi semua ini”, atau yang paling klise, “Kamu harusnya beriman.” Dengan kata lain, seolah-olah mereka sedang berkata, “Jangan repotkan saya. Kamu doa dan usaha saja sendiri. Mendengar dan menolong kamu kan urusan Tuhan, BUKAN urusan saya.”

Padahal, mau mendengarkan saja sebenarnya sudah menolong seseorang. Dilansir dari Baumeister & Leary, kebutuhan akan konektivitas dan rasa memiliki sangat fundamental bagi manusia, tak hanya di masa kecil tapi juga di masa dewasa. Riset dari Positive Psychology mengungkapkan kalau interaksi sosial yang menyenangkan bisa meningkatkan sukacita dan kepuasan di dalam hidup. Sayangnya, banyak orang meremehkan manfaat dari mendengarkan orang lain ini. Orang lebih suka berceramah, memamerkan kehebatan dirinya melakukan firman Tuhan, dan lain-lain. Beberapa orang bahkan tanpa segan menginterupsi dan menyanggah sambil menyalahkan yang bicara. Firman Tuhan jelas mengatakan, “Kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”.

Praktiknya, masih banyak orang Kristen lebih suka mengabaikan dan meninggalkan orang yang lemah dan bermasalah dan mempercayai orang ini akan mampu menghadapi masalahnya sendiri. Asalkan dia beriman, dia tidak akan membutuhkan pertolongan orang lain. Kalau dia akhirnya frustrasi dan depresi, itu artinya dia yang tidak beriman.

Saudara, ketika doa-doa Anda dijawab oleh Tuhan, apakah semuanya Anda dapatkan dengan serba ‘supranatural’? Maksudnya adalah dengan tiba-tiba Tuhan menyelesaikan pergumulan Anda dengan caraNya sendiri. Semisal saja, ada yang bergumul perihal terlilit hutang di bank, lalu tiba-tiba pihak bank menelponnya berkata: hutang Anda kami hapuskan! Ataukah Tuhan jawab dengan cara-cara melalui proses demi proses? Anda mendapatkan pekerjaan baru atau usaha Anda berkembang dengan pesat, tiba-tiba Anda diberikan modal baru oleh orang lain, banyak orang yang empati dengan Anda yang membuat Anda menjadi lebih kuat dan bisa bangkit dari keterpurukan. Hal inilah yang seharusnya Anda pahami. Ada kalanya Tuhan ingin kita menjadi ‘jawaban’ doa bagi orang sekitar kita. Jadi siapkah Anda menjadi pendengar yang baik bagi ‘curhatan’ pergumulan saudara-saudara Anda? (PF)

Questions:
1. Apakah manusia membutuhkan manusia lain ataukah dia harus berdoa dan berusaha sendiri?
2. Apa yang Anda lakukan jika ada orang bermasalah menceritakan masalahnya kepada Anda?

Values:
“Mereka mengobati luka umat-Ku dengan menganggapnya ringan, katanya: ‘Damai sejahtera! Damai sejahtera!’ tetapi tidak ada damai sejahtera” (Yeremia 6:14)

Kingdom Quote:
Mendengarkan orang lain bicara juga butuh ketulusan hati.