MENGUATKAN JIWA

MENGUATKAN JIWA 

Bacaan Setahun: 
Yos. 9-10 Amsal 9 

“Mengapa engkau tertekan, haijiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! ” (Mazmur 42:5)

Ada seorang datang kepada psikolog untuk berkonsultasi. Orang ini mengeluh bahwa hidupnya sangat tertekan, penuh dengan goncangan. Kalau malam, dia tidak bisa tidur sehingga harus mengonsumsi obat tidur, makan tidak enak, dan masih banyak lagi yang dia keluhkan. Dia ingin terlepas dari tekanan ini, agar dapat bersukacita, berbeda dari rasa khawatir, cemas yang berlarut-larut, serta bebas dari macam-macam hai ya menekankan jiwanya.

Lalu apa jawaban psikolog terkenal itu? Dia menjawab, saya anjurkan supaya Anda bergembira dalam hidup ini. Pergilah untuk menonton pertunjukkan komedi terkenal yang akan pentas malam ini. Pasti Anda akan tertawa, perut Anda akan tergoncang dan gembira serta Anda akan bahagia. Lalu orang itu menjawab, “tidak perlu”. Psikolog itu bertanya heran, “loh kenapa?” Karena komedian terkenal yang akan tampil malam ini adalah saya sendiri.

Tak ada jaminan bagi pengikut Kristus bahwa ia akan imun dari perasaan tertekan, kekhawatiran, atau kekeringan rohani. Berhadapan dengan kondisi zaman yang penuh dengan segala tuntutan yang terkadang tanpa batasan, kegagalan, konflik, doa yang tidak terjawab, kehilangan orang terkasih, dan tekanan pekerjaan, kondisi stres dan kekeringan rohani merupakan sesuatu yang tak terhindarkan bagi siapapun. Bahaya terbesar dari kondisi tersebut adalah ibarat kita sedang menggunakan kacamata gelap untuk melihat dunia, sehingga pandangan kita pada dunia menjadi gelap. Kita menjadi lelah, tiada pengharapan, menjadi lebih sensitif, dan melihat semuanya dengan sudut pandang yang keliru. Akhirnya kita dapat terjebak pada perasaan mengasihani diri sendiri, terlalu terfokus kepada perasaan pribadi, yang akhirnya mengaburkan kita dari melihat Pribadi Allah. Jika masalah ini tidak segera diselesaikan, tinggal menunggu waktu untuk kita menjadi burn out, atau bahkan depresi dan kejatuhan dosa yang lebih dalam.

Daud memutuskan untuk berbicara kepada dirinya sendiri (Self Talk), sebuah ungkapan jujur, tetapi bukan sekedar mengungkapkan dirinya, melainkan mengingatkan jiwanya akan komitmen kepercayaan kepada pribadi Tuhan. Tentu hai ini tidak mungkin dilakukan ketika keadaan sulit dan tertekan, melainkan dalam kondisi baik/tenang melalui kedisiplinan membangun relasi dengan Tuhan dan FirmanNya. Mazmur 62:11-12, “Satu kaliAllah berfirman, dua hai yang aku dengar: bahwa kuasa dariAllah asalnya, dan dari pada-Mujuga kasih setia, ya Tuhan;” Melalui firmanNya, Daud mengenal bahwa Tuhan itu pribadi penuh kasih setia dan kuasa, dan itulah yang dia ingatkan kepada jiwanya. Apakah yang kita ingatkan pada jiwa kita? (HA)

Questions:
1. Apa yangdikatakan Daud kepada dirinya sendiri?
2. Jika Anda dalam keadaan tertekan, apa yang akan Anda katakan terhadap dirisendiri?

Values:
Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya I (Mazmur 103:2)

Kingdom Quotes:
Ingat, Tuhan itu pribadi penuh kasih setia dan kuasa, jangan menyerah disetiap persoalan hidup.