ORANG KAFIR YANG BAIK HATI

ORANG KAFIR YANG BAIK HATI 

Bacaan Setahun: 
2 Raj. 6-7 
Mzm. 33 

“Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan” (Lukas 10:33).

Kita mungkin pernah mendengar cerita seorang Samaria yang baik hati, yaitu cerita yang disampaikan Tuhan Yesus untuk menerangkan arti “sesama manusia.” Intinya adalah seorang yang sedang berjalan dari Yerusalem ke Yerikho yang kemudian dirampok habis-habisan sehingga hartanya habis dan tubuhnya babak-belur. Seorang imam melewati tanpa memberi pertolongan, juga seorang Lewi lewat hanya menonton. Justru seorang Samaria, yang saat itu dianggap orang kafir ketika lewat jalan itu, dialah yang memberikan pertolongan.

Pertanyaannya, mengapa seorang imam dan seorang Lewi yang banyak mengerti nilai kebenaran dan mengajar nilai kebenaran justru tidak melakukan pertolongan? Ternyata memang ada jarak antara apa yang kita pahami dan ajarkan dengan apa yang kita lakukan. Jika saja peristiwa ini terjadi di kota Yerusalem yang ramai, pasti imam atau orang Lewi ini akan memberikan pertolongan yang pertama. Persoalannya perampokan terjadi di jalan yang sepi sehingga tidak akan ada orang yang melihat kebaikan mereka saat menolong. Jadi karakter atau sifat asli seseorang akan kelihatan justru saat perbuatan baiknya tidak terlihat oleh orang lain. Pada dasarnya orang akan bersedia menolong atau melakukan kebaikan jika ia mendapat keuntungan atas perbuatan baiknya. Status seseorang sebagai rohaniawan (imam dan orang Lewi) yang banyak mengerti kebenaran bukanlah sebuah jaminan bahwa ia akan melakukan seperti yang ia ajarkan.

Pesan ini mengajarkan kepada kita bahwa dengan kita banyak belajar Firman Tuhan tentu baik tetapi bila kita juga tidak belajar mempraktikkan kebenaran Firman yang kita mengerti, kebenaran firman yang kita mengerti tidaklah punya arti. Kita akan dianggap orang yang munafik. Istilah munafik atau “hypocrite” adalah seseorang yang hanya bermain drama atau seorang aktor / aktris yang hanya berperan baik saat di atas panggung yang terlihat banyak orang. Dan tentu saja, jika perannya sempurna ia akan mendapat pujian sekaligus bayaran yang besar.

Seorang Samaria, bukan seorang rohaniawan, tetapi seorang praktisi kebenaran. Mungkin ia dianggap kafir oleh budaya saat itu, sebuah gelar yang tidak terhormat. Tetapi ia adalah garam yang sebenarnya. Ia tidak terlihat, mereknya tidak dikenal, namun ia menolong dalam diam dan tanpa pamrih. Ia melakukan kasih dengan perbuatan. Tidak ada tepuk tangan, tidak ada pujian, tidak ada imbalan (bayaran). Ia melakukan bukan karena perintah atau mencari jasa. Ia hanya seorang Samaria tanpa nama. (DD)

Questions:
1. Menurut Anda, mengapa orang yang mengerti firman tetapi sukar melakukan?
2. Bisakah kita meniru kebaikan orang Samaria?

Values:
Warga Kerajaan diajarkan untuk tidak menjadi munafik yang hanya berpura-pura baik.

Kingdom Quote:
Agama menandai seorang yang tidak sepaham dengan kafir, padahal yang terpenting adalah jangan “jangan berlaku munafik