ROH KEMISKINAN

ROH KEMISKINAN 

Bacaan Setahun: 
Mzm. 31 
Yer. 43-45 

“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Filipi 8:4).

Jika Anda seorang Kristen Karismatik maka Anda pasti paham dengan judul dari renungan ini. Namun, apakah memang ada kutuk kemiskinan sehingga harus dilakukan pengusiran roh kemiskinan?

Banyak orang merasa bernasib buruk. Mereka sudah berusaha, tetapi tak kunjung berhasil di dalam hidupnya. Mereka kemudian minta didoakan supaya cepat berhasil. Bentuk doa gereja tertentu, yang saya ketahui, adalah berdoa dengan ‘mengusir roh kemiskinan’, atau ‘mematahkan kutuk kemiskinan’. Apakah berhasil? Kebanyakan tidak karena kemiskinan lebih berkaitan dengan cara berpikir, dan tidak berkaitan dengan keyakinan agama seseorang. Apa pun agamanya, jika cara berpikirnya salah, yaitu mengarah kepada mentalitas miskin maka jadilah ia orang yang tidak kunjung beruntung, alias mengarah kepada kegagalan.

Apa itu mentalitas miskin? Seseorang akan sulit berhasil di dalam hidupnya bilamana ia memiliki cara berpikir atau mentalitas bahwa ia bukan orang beruntung dan selalu beralasan ‘dewi fortuna’ tidak memihak dia. Orang seperti ini tidak dapat melakukan introspeksi kekurangannya, tidak ulet, dan mudah berubah pikiran jika mengalami kegagalan. Seorang teman SMA saya pindah jurusan karena merasa kurang cocok, lalu saat di universitas juga dua kali pindah jurusan. Saat ini ia menjadi orang terpuruk yang terus gonta-ganti pekerjaan. Ia beralasan, “Saya tidak malas, hanya saya tak seberuntung kamu.”

Tipe orang susah berhasil atau bermental miskin lainnya adalah suka playing victim, selalu beralasan kegagalannya diakibatkan situasi yang tidak ideal seperti yang ia harapkan. Ia mungkin berkata, “Seandainya orang tua saya tidak broken home, saya tidak akan bernasib buruk seperti ini.” Alasan lainnya, “Seandainya orang tua saya bisa membiayai kuliah di luar negeri, pasti saya sudah sukses karena kuliah di luar negeri adalah cita-cita saya dari dulu. Makanya saya gagal saat kuliah di dalam negeri karena saya malas dan tidak bergairah.” Dan masih banyak lagi pernyataan yang lain yang terus ia kembangkan untuk dijadikan alasan kegagalannya.

Padahal, bagi orang yang mengembangkan pikiran bijak, apa pun keadaannya, baik atau pun buruk, selalu dapat menjadi alasan untuk membuatnya berhasil. Banyak cerita di Alkitab yang bisa menjadi contoh, misalnya Rut, seorang janda muda yang setia dan rajin bekerja demi memelihara mertuanya yang bernama Naomi. Pada akhirnya Rut menjadi istri seorang kaya bernama Boaz, yang masih kerabat Naomi. Contoh lainnya adalah Samuel, seorang anak hasil doa ibunya yang mandul, yang semasa hidupnya dititipkan pada Imam Eli. Ia bernasib baik karena taat mengabdi pada Imam Eli dan pada akhirnya dipakai Tuhan sebagai nabi yang mengurapi Raja Daud.

Dalam kehidupan nyata ada banyak orang yang sukses secara materi dan kedudukan walaupun bukan beragama Kristen. Mereka mengembangkan cara berpikir yang bijak. Mereka berhasil bukan hanya karena bernasib baik atau karena disertai ‘dewi fortuna’, tetapi karena mereka terus mengembangkan cara berpikir bijak. (DD)

Questions:
1. Setujukah Anda bahwa kemiskinan berkaitan dengan cara berpikir atau mentalitas?
2. Apa ciri-ciri orang yang bermental miskin? Diskusikan!

Values:
Warga kerajaan seharusnya tidak berfokus pada materi semata, tetapi pada cara yang benar dalam menghasilkan kekayaan.

Kingdom Quote:
Ciri ‘roh kemiskinan’ ada pada orang yang suka berdoa, tetapi tanpa berusaha.