RUMAH GENERASI

RUMAH GENERASI 

Bacaan Setahun: 
Kej. 22-23 
Luk. 15 

“Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu” (Titus 2:6-7).

Dalam berbagai kesempatan, saya mendengar beberapa kali seruan di dalam kotbah dari atas mimbar, “Dalam seratus tahun kedepan apakah gereja kita ini masih eksis? Atau seratus tahun ke depan gereja ini akan tinggal kenangan?” Mendengar seruan itu saya jadi teringat pada sebuah gereja di Surabaya di awal tahun 80-an yang saat itu adalah gereja yang cukup besar. Pendeta Morris Cerulo bahkan pernah berkotbah di sana saat itu. Melalui gereja ini banyak hamba Tuhan dilahirkan. Namun ironisnya, belum sampai 40 tahun saat ini gereja tsersebut mengalami kemunduran. Jumlah jemaatnya menyusut drastis dan hanya tinggal para manula. Para hamba Tuhan yang dilahirkan meninggalkan gereja ini. Bagaimana ini bisa terjadi?

Hari ini bisa dipastikan banyak gereja mengalami hal yang sama. Ini terjadi karena banyak gereja lupa untuk melatih generasi muda. Enggan mengubah cara
atau budaya gereja lama menjadi sebuah gereja yang lebih modern. Gereja lupa meregenerasi kaum mudanya dan memfasilitasi kegiatan kaum muda di gereja. Tanpa memfasilitasi dan memberikan kesempatan untuk terjadinya regenerasi maka bisa dipastikan akan terjadi kevakuman generasi. Yang sering terjadi adalah generasi muda yang ada di gereja setempat pergi ke gereja yang memfasilitasi kegiatan anak muda. Semua gereja seharusnya mengikuti perkembangan zaman. Bukan hanya perkembangan di dalam cara beribadah tetapi juga didalam managemen pengelolaan gereja. Yang banyak terjadi adalah pendeta yang memimpin empat puluh tahun yang lalu sampai saat ini tetap berperan dominan dan tetap dalam pola yang sama. Mereka enggan berubah apalagi memberikan tongkat estafet kepada generasi yang lebih muda.

Jika gereja mau tetap eksis, seharusnya gereja berperan seperti rumah bagi generasi. Di dalam rumah ada keluarga, ada orang tua, ada om dan tante, dan ada kakak serta adik. Ketika gereja berperan seperti rumah dengan anggota keluarga yang harmonis, maka akan terjadi pertumbuhan yang sehat. Dan seperti di dalam sebuah keluarga maka orang tua akan memfasilitasi dan belajar mempercayai anak- anaknya yang mulai tumbuh dewasa. Sehingga pada akhirnya anggota keluarga yang bertumbuh dewasa akan diberi kesempatan untuk memimpin. Dapat dipastikan gereja dengan budaya sebagai “rumah bagi generasi” bukan saja akan tetap eksis tetapi juga akan terus ‘berkembang biak’ di beberapa tempat. Mulailah budaya “gereja sebagai rumah bagi generasi,” maka gereja Anda akan tetap eksis bahkan sampai kapanpun.(DD)

Questions:
1. Apa penyebab utama berkurangnya generasi muda di gereja?
2. Bagaimana cara membuat gereja disukai oleh generasi muda?

Values:
Warga Kerajaan seharusnya menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan budaya sehingga gereja tetap eksis sepanjang masa.

Kingdom Quote:
Ketika cara berbakti di gereja tabu diubah dan tetap baku seperti abad yang lalu maka gereja pasti akan jadi kenangan masa lalu.