SAYA KOMUNIS
Bacaan Setahun:
Yer. 31, Mzm. 126, 2 Kor. 8
“Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 5:20)
Sempat viral klip video pendek berisi perkataan Panji Gumilang, ‘Saya Komunis’ yang dengan sengaja diviralkan kelompok-kelompok tertentu. Tujuannya tentu saja untuk menyerang dan mendiskreditkan beliau seolah-olah itu adalah pengakuannya sebagai komunis. Namun kemudian dibantah bahwa itu adalah kutipan pernyataan rekan bisnisnya dari Tiongkok. Panji Gumilang sangat terkesan kepada rekan bisnisnya ini yang digambarkannya masih muda, profesional dan terutama sangat santun. Lalu dia tergoda untuk bertanya apa agamanya, maka dijawab “Saya komunis”. Dia lalu membandingkan dengan yang seagama yang katanya beragama, ber-tuhan tetapi sangat gampang marah, memaki-maki dan mengkafir-kafirkan orang lain yang beda keyakinan. Ternyata menjadi komunis malah lebih baik ahlaknya, demikian penekanannya
Hal ini tentu saja menjadi semacam tamparan bukan hanya kepada mereka yang seagama, tetapi secara umum juga kepada orang-orang Kristen. Tentu kita tidaklah sebrutal tetangga itu, gampang marah dan mengancam orang beda keyakinan tetapi setidaknya apakah orang-orang Kristen dapat tampil lebih baik dari si komunis itu yang profesional dan sangat santun?
Di jaman persaingan yang semakin ketat, pelayanan publik seperti bank, hotel dan termasuk di instansi-instansi pemerintahan khususnya Surabaya sudah lebih maju. Ramah, santun, care sudah menjadi standar pelayanan umum dan bahkan cenderung agak berlebihan. Mereka dididik, dilatih dan dituntut melakukan hal itu demi kepuasan para costumer. Jadi jika hanya untuk sekedar tampil santun dan profesional, manusia sebenarnya tidak perlu agama bahkan tidak perlu Tuhan. Manusia punya potensi untuk itu.
Jika demikian, kita membutuhkan Tuhan untuk apa? Apakah kita butuh Tuhan untuk sekedar bisa survive, bisa bersaing dalam hidup, tampil sebagai pemenang dan berhasil mengatasi berbagai persoalan hidup? Sebenarnya tanpa Tuhan semua hal itu dapat diselesaikan sendiri, tetapi kita butuh Tuhan sebagai Tuhan, yang mengatur dan memimpin hidup kita menjadi benar dan rohani, melakukan kehendakNya selagi kita hidup. Lalu apakah kehendakNya? Secara eksplisit kehendak Tuhan dinyatakan dalam Yohsnes 15:12 “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”
Kasih mencakup seluruh hukum, etika, moral, karena kasih bukanlah kemampuan manusia tetapi Allah. Kita dapat mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita (1 Yohanes 4:19). Kasih manusia fokus kepada diri sendiri, tetapi kasih dari Allah fokusnya kembali kepada Tuhan Allah sendiri. Karena itulah kita membutuhkan Tuhan, karena kita tidak dapat melahirkan kasih ilahi itu. Halleluyah. (LS)
Questions:
1. Sejauh apakah anda memahami kasih itu bukan sekedar melakukan kebaikan ?
2. Apakah anda sudah yakin dan mengalami kasih dari Allah Bapa dalam hidup anda?
Values:
Kasih mencakup seluruh hukum, etika, moral, karena kasih bukanlah kemampuan manusia tetapi Allah.Kasih mencakup seluruh hukum, etika, moral, karena kasih bukanlah kemampuan manusia tetapi Allah.
Kingdom’s Quotes:
Kasih bukanlah soal diri sendiri, tetapi orang lain.