SELALU MENDENGKI

SELALU MENDENGKI 

Bacaan Setahun: 

Ima. 14 
Mrk. 2 

“Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: “Kepada Daud diperhitungkan mereka and berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya.” Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud” (1 Samuel 18:8-9)

Kebakaran hutan besar tak pernah disengaja, tetapi biasanya disebabkan api kecil. Bisa dari putung rokok yang diterpa angin pada musim kering atau ranting yang membara akibat gesekan antar ranting pohon yang kering.

Ketika Daud dipuji rakyat melebihi Saul karena prestasinya menang dalam perang, dan para wanita berteriak, “Daud mengalahkan berlaksa-laksa namun Saul hanya beribu- ribu”, maka api iri hati mulai menyala di hati Saul. Saat itu Daud muncul sebagai idola baru, idola para wanita dan generasi muda. Hati Saul belum siap sehingga ia mengijinkan api terus menyala, bahkan semakin membesar di hatinya.

Berbagai siasat dan jebakan mulai diatur ketika mendengar Mikhal, putrinya, jatuh cinta kepada Daud. Saul meminta Daud memberi mas kawin berupa seratus kulit khatan orang Filistin dengan harapan Daud kalah dan tewas terbunuh dalam perang. Namun, siasat jahat Saul gagal. Sampai akhir hayatnya Saul tak pernah bisa melepaskan dirinya dari kemarahan kepada Daud. Bagai api yang terlanjur membakar hutan, sulit untuk memadamkannya.

Apakah drama kedengkian seperti yang terjadi pada hubungan Saul dan Daud juga bisa menjadi kenyataan di dalam kehidupan sosial di lingkungan kita? Atau drama ini justru lazim terjadi, bahkan hampir setiap kita pun mengalaminya? Kalau begitu, bagaimana cara “memadamkannya”? Bukankah sebagai orang Kristen seharusnya kita kebal terhadap api kedengkian? Atau dapat dengan mudah memadamkannya sebelum membara?

Penyebab Saul dengki adalah “rasa tidak aman”. Dia kuatir jabatan sebagai raja akan terhilang dan jatuh kepada Daud. Ketidaksiapan hati Saul yang berakibat rasa kuatir ini bagai ranting kering yang rawan terbakar.

Seharusnya Saul mengembangkan rasa aman bahwa jabatan bukan segala-galanya, artinya akan ada saatnya ia tidak akan menjabat lagi. Ia seharusnya bersyukur karena ada orang muda yang lebih berbakat yang kelak bisa menggantikannya. Mengembangkan rasa aman terus-menerus adalah cara terbaik untuk menjaga hati kita dari api kedengkian, seperti nasehat di dalam Amsal 4:23. ”Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan“ Jika api itu terlanjur menyala, sadari dan cepat padamkan. Karena api kedengkian yang sudah terlanjur membara akan sukar dipadamkan. Apinya bukan hanya membakar orang di sekitar kita, tetapi membinasakan diri kita juga. (DD)

Questions:
1. Apa penyebab api kebencian? Apakah kita pernah mengalaminya?

2. Bisakah kita memadamkannya? Bagaimana memadamkannya?

Values:
Kedewasan warga Kerajaan dapat diukur dari apakah ia gampang tersulut api iri hati.

Kingdom Quote:
Lebih mudah memadamkan api yg kecil karena kalau terlanjur membara tak mungkin lagi bisa dipadamkan sampai semua hutan habis terbakar.