SYMPHONI

SYMPHONI 

Bacaan Setahun: 
Kej. 28-29 
1 Kor. 12 

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini SEPAKAT meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. (Matius 18:18-19)

Kata “sepakat” bukan berarti seragam. Sepakat adalah berbeda pikiran, berbeda pendapat tetapi disinkronisasi menjadi satu tujuan. Kata “sepakat” dalam bahasa Latin adalah symphonia, di dalam bahasa Yunani adalah sumphonia. Dari kata inilah muncul kata “SYMPHONI”, yaitu karya musik yang dimainkan secara harmoni oleh banyak pemain musik yang berbeda, yang sering kita sebut orkestra.

Kita tahu, tidak mudah untuk menjadi sepakat. Tidak mudah menciptakan harmoni. Keseragaman itu mudah, tetapi keharmonisan itu sulit dan perlu waktu yang panjang. Sebuah karya symphoni pasti tidak terjadi dalam semalam. Menyatukan banyak pemain musik dengan berbagai alat musik memerlukan kerja sama dan sinkronisasi. Lebih mudah menciptakan dengan keseragaman daripada keharmonisan atau kesepakatan. Budaya harmoni perlu digalakkan. Tanpa disadari, setiap kita punya kecenderungan individualis. Perhatikan saja, kita suka memberi label kepada seseorang di dalam kelompok pelayanan gereja. Ada si A-Ministry, ada si B-Ministry, si C-Ministry. A , B dan C adalah nama dari pencetus gerakan itu dan kita dapat memakluminya karena ini manusiawi. Namun, apa pendapat Rasul Paulis tentang hal ini ?

Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: “Aku dari golongan Paulus,” dan yang lain berkata: “Aku dari golongan Apolos,” bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani? (1 Korintus 3:3-4) Rasul Paulus sangat paham bahwa manusia bersifat individualis dan suka menggolong-golongkan diri. Inilah gaya hidup manusiawi dan hidup duniawi. Lho, bukankah kita memang manusiawi dan duniawi?

Di dalam Kristus, setiap kita bukan lagi manusiawi dan duniawi, melainkan rohani dan sorgawi. Ketika kita sadar bahwa kita adalah manusia rohani maka iri hati dan perselisihan seharusnya tidak ada lagi. Dan seperti sebuah orkestra, jika setiap pemain tidak lagi menonjolkan diri sendiri maka akan bisa tercipta karya symphoni.

Dunia memakai uniformity/keseragaman untuk menciptakan karya besar. Sorga memakai symphoni/kesepakatan untuk menciptakan karya agung. Pilihlah jalan Anda, apakah jalan manusiawi atau rohani, jalan duniawi atau sorgawi. Pilihan ada di tangan Anda! (DD)

Questions:
1. Benarkah hanya jika ada “kesepakatan dan kerja sama” barulah ada karya yang besar?
2. Bagaimana cara terjadinya symphoni?

Values:
Warga Kerajaan seharusnya memahami dan menghidupi budaya Kerajaan, yaitu kerja secara harmonis dan gotong royong.

Kingdom Quote:
Ide besar bisa saja datang dari ide satu orang, tetapi mewujudkan ide besar menjadi kenyataan membutuhkan kerja sama yang harmonis.