TAK SEORANG PUN INGIN MATI
Bacaan Setahun:
Yun. 1-2
Mrk. 4
“Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,” (2 Korintus 1:10)
Steve Jobs, pendiri Apple dan otak dibalik produk iPhone, pada tahun 2005 mengatakan dalam pidatonya : ”Tak seorang pun ingin mati. Bahkan orang yang ingin ke surga tidak menginginkan kematian untuk sampai di sana.” Jobs mengetahui dengan persis apa yang dikatakannya karena ia telah didiagnosis dengan kanker pankreas dan diberi tahu bahwa waktu hidupnya tinggal tiga sampai enam bulan. Kita melihat sekilas apa yang dipikirkan Jobs dari reaksi awalnya saat menerima berita buruk tersebut : “Aku hidup dengan diagnosis itu sepanjang hari,” kenangnya. Jobs meninggal dunia pada tahun 2011.
Kenapa kita begitu takut untuk mati? Apa yang sebenarnya kita takuti? Persepsi umum mengatakan : kematian melambangkan suatu akhir, kematian melambangkan kehilangan yang mutlak, kematian melambangkan sesuatu yang tidak diketahui. Ada apa setelah kematian? Apa yang akan terjadi dan siapa yang akan kita temui? Apakah surga atau neraka itu ada? Meski ada orang yang memang menanti-nantikan apa yang tidak diketahui itu, kebanyakan dari kita akan merasa tidak aman. Lebih dari itu, kita menghadapi kemungkinan yang menakutkan, yaitu kita akan mati sendirian. Tak seorang pun dapat menemani kita dalam perjalanan terakhir kita.
Seperti ajaran Epikurus, seorang filsuf Yunani kuno, manusia harus memandang kematian dengan sebelah mata. Soalnya, bukan karena kematian itu ada atau tidak, tetapi karena yang ada dan berarti hanyalah hidup ini. Begitu hidup ini selesai, selesai sudah semuanya. Kalau begitu, mengapa orang susah memikirkan kematian? Itu sebabnya, menurut etika Epikurus, pertahankan dan jalankan hidup ini sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Kita tidak perlu takut mati, walau hal itu bakal terjadi, karena kita yakin akan menang. Harapan yang kita miliki jauh lebih besar dari pada kuasa maut. Oleh karena itu, mumpung kita masih diberi hidup, pakailah hidup ini agar berguna bagi orang lain. Yang penting bukan berapa lama kita hidup, melainkan bagaimana kita hidup. Seperti telah diteladankan Yesus, Sang Harapan. Dia hanya hidup di dunia ini selama 33 tahun, tetapi dampak kehidupan-Nya masih terasa sampai sekarang, bahkan kelak sampai akhir zaman. Seperti Paulus berkata ”Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” Anda setuju? (AU)
Questions:
1. Mengapa Anda harus memilih kehidupan saat ini?
2. Apa yang akan Anda kerjakan jika saat ini Tuhan masih memberi kesehatan dan umur panjang?
Values:
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Kingdom Quote:
Berjuanglah dalam kehidupan ini supaya di kehidupan kekal kelak Anda mendapatkan mahkota kehidupan dari-Nya.