TUHAN DAN SUPPORTER OLAH RAGA

TUHAN DAN SUPPORTER OLAH RAGA 

Bacaan Setahun: 
Kel. 39-40 , Mzm. 24 

“Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku” (Yohanes 15:8)

Peristiwa atau momen piala dunia 2022 di Qatar meninggalkan begitu banyak cerita, dan Pcerita tersebut makin diperkuat kesannya kepada dunia melalui peran media sosial.

Salah satu cerita yang menarik adalah karena saat pembukaan piala dunia adalah melibatkan sebuah dialog bernuansa spiritual atau agama, yang diperankan oleh aktor terkenal Amerika Serikat, Morgan Freeman dan Ghanim Al-Muftah, seorang influencer dan pengusaha yang cacat lahir dengan Caudal Regression Syndrome. Di tengah pembicaraan tersebut diperdengarkan ayat Alquran yang berisi pesan tentang Tuhan menciptakan perbedaan dalam kehidupan manusia.

Kontan saja pendekatan itu kemudian direspons dunia dengan sebuah penilaian bahwa Qatar melakukan pendekatan berbasis usaha “melibatkan Tuhan”, bahkan di media sosial ada orang menyebarkan berita-berita bahwa pada hari itu juga banyak orang berpindah agama akibat peristiwa tersebut

Namun sayangnya, Qatar sebagai tuan rumah langsung kalah, bahkan menjadi negara yang tersisih di babak penyisihan group tanpa kemenangan sekalipun. Gambaran ini kemudian direspons oleh beberapa pegiat media sosial yang mengunggah selebrasi atlet yang menggunakan tanda salib pasca mencetak gol. Demikian juga dengan negara Maroko yang diidentikkan juga sebagai negara Muslim. Prestasi mereka melaju hingga babak semifinal dibumbui dengan glorifikasi media sosial tentang agama, dan Maroko pada akhirnya kandas juga di babak semifinal, bahkan juga kembali kandas di perebutan tempat ketiga melawan Kroasia.

Apakah yang sebenarnya sedang terjadi? Banyak orang termasuk orang Kristen meletakkan identitas mereka pada simbol-simbol agama (religiositas), dan bukan pada kualitas mental / karakter yang sejati (spiritualitas), seolah-olah ketika mereka menggunakan atributatribut agama, seperti baju, bentuk salam ucapan, simbol benda, dan ritual doa yang dipertontonkan, dsb, maka mereka seolah-olah menjadi pengikut Kristus yang sejati.

Firman Tuhan yang kita baca hari ini menunjukkan bahwa tanda kita sebagai pengikut Kristus adalah saat kita berbuah banyak. Berbuah bermakna: mengeluarkan, membagikan kualitas dari dalam diri kita dan mengizinkan orang lain menikmati atau merasakan dampaknya. Firman Tuhan juga menggambarkan tanda bahwa kita adalah murid Kristus adalah:

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh 13 : 34-35).

Tanda Kekristenan sejati itu bukanlah sekedar simbol, melainkan mempraktikkan kualitas Allah dalam diri kita yang ditujukan untuk menjadi berkat bagi orang lain.(HA)

Questions:
1. Anda memakai simbol-simbol kekristenan (kalung, gelang, cincin, atau hiasan salib)?
2. Apa alasan Anda memakai simbol-simbol tersebut?

Values:
Tanda kekristenan sejati adalah yang di dalam bukan yang di luar.

Kingdom Quotes:
Yang Tuhan kehendaki adalah hidup kita berbuah bukan sekedar bergaya .