Bacaan Setahun:
1 Taw. 3
Luk. 5
YOU’LL NEVER WALK ALONE
“… kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.”2Korintus 4:9
Akibat pandemi Covid-19 yang menjalar ke seluruh dunia, Pemerintah Indonesia telah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara nasional pada tanggal 24 April 2020 yang lalu, sehingga banyak dari kita yang mengalami peristiwa-peristiwa yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. Ada yang mengalami pengurangan bahkan kehilangan pendapatan, orang-orang tidak dapat berpergian dengan mudah, dan semua dari kita harus mengalami social distancing. Pertemuan-pertemuan umum seperti kebaktian di gereja ditiadakan, berubah menjadi kebaktian online. Banyak yang harus bekerja dari rumah (work from home), bahkan kegiatan belajar mengajar anak-anak kita dilakukan juga dari rumah.
Saya sendiri mendapatkan pengalaman yang luar biasa dari kejadian PSBB di masa pandemi Covid-19 ini. Pada tanggal 29 April 2020 saya mengikuti rapid test di RS Universitas Udayana, Bali, untuk memenuhi syarat perjalanan dinas saya keluar kota, namun tak disangka hasil tes menunjukkan bahwa imun tubuh saya dalam keadaan reaktif karena terpapar oleh virus yang diduga keras sebagai virus Corona, sehingga hari itu juga saya langsung diisolasi oleh petugas kesehatan di ruang isolasi RS Universitas Udayana dan diwajibkan untuk menjalani swab test.
Dalam ruang isolasi tersebut saya benar-benar tidak dapat bertemu secara fisik dengan siapapun kecuali perawat dan dokter yang datang hanya 3 kali sehari. Meskipun dalam kondisi yang sehat dan masih dapat berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman melalui smartphone, namun kesunyian dalam ruang isolasi sangat membosankan dan membuat saya seperti terpenjara. Saya juga tidak dapat beraktifitas seperti biasa, karena tidak dapat meninggalkan ruang isolasi tersebut.
Saya teringat akan kisah rasul Paulus, salah satu rasul yang paling banyak mengalami penderitaan akibat kegiatan penginjilannya. Meskipun harus mengalami keadaan-keadaan yang tidak mengenakkan namun Paulus tidak pernah ditinggalkan sendirian oleh Tuhan maupun oleh jemaat yang mengasihinya. Dalam kesendirian di ruang isolasi saya dapat merenungkan firman Tuhan lebih dalam dan berdoa lebih lama dari biasanya. Istri dan keluarga, serta teman-teman saya memberikan semangat yang luar biasa, bahkan ada yang mengirimkan makanan secara berlimpah. Persis seperti ‘lagu kebangsaan’ klub sepakbola Liverpool, saya merasakan hal yang sama, ternyata saya tidak pernah ditinggalkan sendirian.
Setelah 4 hari 3 malam diisolasi, akhirnya saya diperbolehkan untuk pulang ke rumah karena swab test menunjukkan saya negatif Covid-19. Saya beryukur mengalami ‘retreat’ di ruang isolasi tersebut, sehingga saya semakin yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidup saya, Tuhan akan selalu menyertai saya, sehingga saya tidak akan merasa ditinggalkan sendirian. (YMH)
Questions :
1. Kejadian apa yang paling berkesan bagi Anda selama masa pandemi Covid-19 ini?
2. Dari kejadian itu, bagaimana Anda mengetahui bahwa Anda tidak pernah ditinggalkan sendirian?
Values :
Tuhan kita adalah gembala yang baik. Tidak pernah Ia meninggalkan kita sendirian.
Hal yang terberat dalam menghadapi masalah adalah keadaan merasa sendirian dan ditinggalkan.