ADA APA DI SUNGAI KERIT?
Bacaan Setahun:
Kis. 5:17-42, Ul. 25-27, Ayub 16
“Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: “Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.” (1 Raja-Raja 17:1)
Kisah Elia dimulai dengan cara yang unik dan mengejutkan. Biasanya, ketika seorang nabi diperkenalkan dalam Alkitab, kita mendapatkan informasi tentang silsilahnya—siapa orang tuanya dan dari suku mana ia berasal. Namun, Elia muncul begitu saja tanpa penjelasan tentang asal-usulnya. Ia tidak disebut memiliki ayah atau ibu, tidak memiliki keturunan, dan bahkan tidak mengalami kematian seperti manusia pada umumnya. Sebaliknya, ia diangkat ke langit dengan kereta berapi. Hal ini membuat beberapa orang Yahudi berasumsi bahwa Elia bukan manusia biasa, melainkan seorang malaikat yang diutus langsung dari surga.
Nama Elia sendiri memiliki arti mendalam, yaitu “Yahweh Allahku.” Artinya, Tuhanlah yang mengutusnya, menopangnya, dan kepadanyalah Elia membawa kembali bangsa Israel. Hanya Tuhan yang mampu mewujudkan misi besar ini. Namun, Rasul Yakobus menegaskan bahwa Elia bukanlah makhluk surgawi, melainkan manusia biasa seperti kita. Yakobus 5:17 mengatakan, “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.” Dari kisah Elia di tepi Sungai Kerit (1 Raja-Raja 17:1-6), ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik untuk membangun iman kita.
Pertama, Ada Kuasa dalam Perkataan. Elia berkata, “Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.” (1 Raja-Raja 17:1) Seperti Elia, kita juga dianugerahi kuasa dalam perkataan kita. Saat kita hidup benar di hadapan Tuhan dan berdoa dengan iman, doa kita memiliki kuasa besar. (baca Yakobus 5:16)
Kedua, Ada Kuasa dalam Firman Tuhan. 1 Raja-Raja 17:2-3 mencatat bahwa, “Kemudian datanglah firman TUHAN kepadanya: ‘Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur Sungai Yordan.’” Saat kita taat kepada firman Tuhan, kita berjalan dalam kepastian dan perlindungan-Nya. Firman Tuhan bukan hanya janji, tetapi juga jaminan bahwa Ia akan membimbing dan menuntun kita dalam setiap langkah hidup kita.
Ketiga, Ada Ketaatan ada Pemeliharaan Tuhan. Elia menaati perintah Tuhan dan pergi ke Sungai Kerit. Saat ia berjalan dalam ketaatan, pemeliharaan Tuhan pun terjadi dalam hidupnya. 1 Raja-Raja 17:6 berkata, “Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.” Kisah ini mengajarkan bahwa ketika kita taat kepada Tuhan, Ia akan memelihara hidup kita dengan cara yang luar biasa, bahkan melalui hal-hal yang tidak terduga.
Mari kita belajar dari kehidupan Elia. Ia adalah manusia biasa seperti kita, tetapi karena ia percaya dan taat sepenuhnya kepada Tuhan, doanya berkuasa, firman Tuhan menjadi pegangan hidupnya, dan pemeliharaan Tuhan nyata dalam setiap langkahnya. Percayalah, ketika kita hidup dalam ketaatan dan berpegang teguh pada firman-Nya, kuasa Tuhan akan nyata dalam kehidupan kita! (AU)
Questions:
1. Apa pelajaran iman yang bisa kita ambil dari kisah Elia di Sungai Kerit?
2.Bagaimana ketaatan Elia menunjukkan pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya? Diskusikan!
Values:
Iman, ketaatan, dan doa yang sungguh membawa pemeliharaan Tuhan, menunjukkan kuasa firman serta perkataan bagi hidup setiap warga Kerajaan-Nya.
Kingdom’s Quotes:
Iman dan ketaatan membuka jalan bagi pemeliharaan Tuhan. Percayalah, setiap firman-Nya membawa kuasa dan kepastian dalam hidup kita.