ASAF YANG CEMBURU

ASAF YANG CEMBURU 

Bacaan Setahun: 
Yes. 64-66 
2 Pet. 3 

“Sebab, aku iri terhadap orang sombong, ketika aku melihat kemakmuran orang fasik… Namun, terbaik bagiku untuk dekat dengan Allah, aku telah menjadikan Tuhan ALLAH perlindunganku, untuk menceritakan semua perbuatan-Nya” (AYT – Mazmur 73:3, 28).

Siapakah Asaf itu? Asaf bin Berekhya adalah keturunan Lewi dari bani Gerson. Dia seorang pemain musik di Bait Allah dan pimpinan penyanyi rohani. Hidup pada zaman Raja Daud dan menulis 12 kitab Mazmur, mulai Mazmur 50, Mazmur 73, sampai Mazmur 83. Sedangkan Asaf artinya penghimpun. Bersama-sama dengan Heman dan Yedutun/Etan merupakan penyanyi utama di Bait Allah. Anak keturunannya juga merupakan para penyanyi. Namun, ribuan tahun yang lalu ketika Mazmur ini ditulis, bahkan orang rohani sekaliber Asaf pun iri terhadap orang sombong dan kemakmuran orang fasik. Dia heran mengapa hidup mereka penuh dengan keberuntungan? Bukankah seharusnya mereka akan mengalami kegagalan.

Asaf merasa cemburu, “Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain. Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan.” (ayat 4-6)

Ternyata kita juga memiliki keyakinan bahwa orang fasik akan mengalami kemalangan. Namun, ternyata kita menyaksikan kebalikannya! Mereka tidak pernah sakit, selalu sehat dan gemuk. Tidak pernah mengalami kesusahan. Bebas dari tulah. Hidup mereka nyaman sekali. Itulah sebabnya mereka menyombongkan diri dan sering melakukan kekerasan. Allah seolah-olah tidak perduli dengan mereka. Tidak pernah menegur atau menghukum mereka.

Asaf merasa semua kebaikannya menjadi percuma. Susah payah dia menjaga agar tidak berbuat salah, namun nampaknya semua itu tidak berguna.
Selama ini kita pun mengidap virus iri hati terhadap kemakmuran dan kenyamanan orang yang di luar Kristus. Sebab sepertinya penampilan dan kehidupan mereka jauh lebih baik dari kita. Meskipun sebenarnya yang kita lihat hanya penampakan luar, bukan isi jeroannya. Dan kita terlanjur mengukur kebahagiaan manusia dengan kemakmuran, kesehatan, dan penampilan.

Namun, akhirnya Asaf pun menyadari bahwa lebih baik baginya untuk dekat dengan Allah, menjadikan Tuhan perlindungannya, dan menceritakan perbuatan Allah yang ajaib. Sebab segala kemuliaan manusia akan lenyap dan kita semua akan menghadap takhta pengadilan Allah. Hanya orang yang takut akan Allah akan menikmati kemuliaan bersama dengan Dia selamanya. Sementara orang fasik akan binasa dalam kesombongannya. (DH)

Questions:
1. Mengapa orang fasik kelihatanya lebih makmur dan “diberkati” daripada kita?
2. Bagaimana caranya kita tidak dijangkiti oleh virus iri hati ini?

Values:
Ukuran sukses bukanlah menilai dari luar tapi dari dalam dan kekekalan.

Kingdom Quote:
Mereka yang memiliki Kristus memiliki semuanya. Jadi tidak perlu cemburu.