BADAI DARI TUHAN | Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana

Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?” (Yunus 4:11)

Hari-hari ini mungkin ada badai dan tragedi yang terjadi dalam kehidupan kita, namun semuanya itu terjadi supaya kita tidak gagal paham terhadap rencana Tuhan dalam hidup kita. Ada badai yang dari Tuhan dan juga ada badai yang dari setan, karena iblis adalah penguasa di udara. Badai dari setan contohnya adalah badai yang menghancurkan rumah anak-anak Ayub atau badai yang menghantam perahu murid-murid Tuhan Yesus sehingga mereka menjadi ketakutan. Kita tidak belajar mengenai badai dari setan, tetapi badai dari Tuhan melalui seorang tokoh dalam Alkitab yaitu Yunus.

Jika kita membaca kitab Yunus, disitu tebagi menjadi 4 pasal. Pasal pertama dimulai dengan datanglah Firman Tuhan kepada Yunus. Suatu hak istimewa kepada setiap kita jika Firman Tuhan datang dan memilih hidup kita. Yunus justru menunjukkan respon yang sebaliknya ketika Firman Tuhan datang kepadanya untuk pergi ke Niniwe dan berseru terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada Tuhan. Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. 

Tanda orang yang semakin jauh daripada Tuhan adalah hatinya menjadi dingin dan hidupnya semakin turun. Yunus mulanya turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak. Dan saat itu Tuhan mengirimkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. Mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya.  Sampai datanglah nakhoda mendapatkan Yunus sambil berkata: “Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa.”. Mereka membuang undi untuk mengetahui, karena siapa mereka ditimpa oleh malapetaka dan Yunuslah yang kena undi.

Periksa kehidupan kita apakah kita semakin turun dan semakin menjauh dari Tuhan. Semestinya Yunus berkata: “Terima kasih Tuhan, Engkau memberikan hak istimewa.” Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk. Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada Tuhan, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi Tuhan serta mengikrarkan nazar. Maka atas penentuan Tuhan datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus.

Pasal kedua kitab Yunus, dari tengah-tengah dunia orang mati ia berseru kepada Tuhan lalu  Tuhan mendengar dan atas perkenanan Tuhan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat. Kematian Yunus di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam menjadi tanda bahwa Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Matius 12:38-42).

Pasal Ketiga kitab Yunus, datanglah firman Tuhan kepada Yunus untuk kedua kalinya agar dia bangkit dan pergi ke kota Niniwe. Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Respon yang benar di lakukan oleh penduduk kota Niniwe. Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. Bahkan raja dan para pembesar memaklumkan dan mengatakan tidak hanya manusia saja, tetapi segala hewan dan ternak juga ikut berpuasa. Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.

Pasal empat kitab Yunus, hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. Dan berdoalah ia kepada Tuhan, katanya: “Ya Tuhan, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.

Yunus tidak terima atas keputusan Tuhan dan iapun keluar meninggalkan kota  Niniwe dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.  Lalu atas penentuan Tuhan Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu, tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: “Lebih baiklah aku mati dari pada hidup.” Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Jawabnya: “Selayaknyalah aku marah sampai mati.“

Lalu Allah berfirman: “Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”

Terkadang Tuhan harus mengirimkan badai untuk menggugah dan membangunkan kita agar kita berbalik kepadaNya. Ada konsekuensi ketika kita jauh dari Tuhan. Oleh sebab itu mari kita bertobat dan taat kepada perintah Tuhan. Sehingga rencanaNya tergenapi melalui hidup kita. Amin.  (RCH)