Kehidupan kita merupakan rangkaian dari keputusan-keputusan yang kita buat dan keputusan-keputusan tersebut sangat menentukan masa depan kita. Apa yang kita nikmati hari ini juga merupakan hasil dari keputusan-keputusan yang kita buat di masa lalu.
Ada 3 hal yang perlu kita pahami dengan baik:
Hal-hal yang tidak terlalu beresiko
Misalnya ketika kita terburu-buru membeli baju saat sale, sehingga salah ukuran dan menyebabkan kita mengalami kerugian, tetapi hal ini kerugian yang kita alami tidak terlalu banyak.
Hal-hal yang resikonya besar
Misalnya dalam memilih pasangan hidup. Jangan pernah terburu-buru, karena ini hanya untuk sekali seumur hidup. Karenanya kita harus mendoakan dan memikirkan dengan sungguh-sungguh.
Hal-hal yang beresiko sangat fatal
Misalnya memutuskan siapa yang menjadi Juruselamat atas hidup kita, siapa yang kita imani, karena ini berdampak pada kekekalan.
Bagaimana mengambil keputusan yang benar berdasarkan Firman Tuhan? Mari belajar dari keluarga Abraham.
Jangan pernah menganggap diri kita terlalu bijaksana, tetapi takutlah akan Tuhan.
Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, — yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan — , lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya. (Kejadian 16:1-3)
Mengapa Sarai menganggap keputusan yang dia buat sangat bijaksana?
Karena janji Allah sangat berbeda dengan kenyataan yang ada. Waktu untuk menantikan penggenapan janji Tuhan sangat lama, puluhan tahun. Sekalipun janji tersebut diulang-ulang oleh Tuhan, tetapi tanda-tanda penggenapannya tidak ada sama sekali. Konteks budaya yang berlaku pada saat itu dimana dipandang aib jika wanita tidak bisa melahirkan dan semakin banyak anak adalah tanda semakin diberkati membuat Sarai sangat rindu untuk memiliki seorang anak. Seorang tuan yang menghampiri budaknya adalah sebuah norma umum yang berlaku saat itu. Sarai melihat potensi dan jalan keluar melalui Hagar. Ada kemungkinan bahwa Sarai telah memikirkan hal ini selama bertahun-tahun, sebelum mengutarakan ide ini kepada Abram. Namun keputusan yang tampak bijaksana/berhikmat seperti ini belum tentu berdasarkan takut akanTuhan.
Untuk mengambil keputusan-keputusan yang benar, maka kita harus mendasarkannya kepada takut akan Tuhan. Mengapa? Membawa kita untuk terus bergantung kepada Tuhan dalam setiap keputusan. Ketika Sarai menyampaikan idenya kepada Abram, tampaknya Abram tidak menggumulkannya dan tidak bertanya kepada Tuhan, padahal ide ini bisa berdampak sangat serius berkaitan dengan janji Allah dan masa depan mereka. Saat akan membuat keputusan, kita perlu sungguh-sungguh mencari wajah Tuhan, berdoa puasa bertanya kepada Tuhan, keputusan yang tidak didasarkn takut akan Tuhan adalah keputusan yang bersifat egois. Hagar saat itu hanya dipandang sebagai alat untuk memenuhi kepentingan Sarai yaitu untuk memuaskan keingin Sarai akan seorang anak. Dalam setiap keputusan yang kita ambil, kita harus memikirkan kepentingan orang lain juga.
dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:4)
Keputusan yag didasarkan pada takut akan Tuhan membuat kita mengambil keputusan berdasarkan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan sehingga kita dapat menghadapi proses penggenapan janji-janji Tuhan dan mengarahkan kita pada tujuan yang benar, yaitu untuk memuliakan Tuhan dan bukan untuk kepuasan kita. Setiap keputusan yang kita ambil adalah ibadah kita di hadapan Tuhan. Jangan pernah merasa pintar, bijaksana, berpengalaman, hebat, tapi takutlah akan Tuhan. Sikap takut akan Tuhan mengandung janji-janji Tuhan untuk memulihkan, menyembuhkan, menyegarkan, bahkan mengalami pertumbuhan. Jadi setiap kali mengambil keputusan gunakanlah fondasi yang benar yaitu takut akan Tuhan.
Pahami bahwa keputusan yang keliru dapat mendatangkan resiko yang sangat besar
Keputusan yang benarpun tetap mengandung resiko. Tetap ada kesusahan/penderitaan di dalamnya. Namun keputusan yang salah akan membuat kita menanggung penderitaan yang tidak perlu, menambah beban dan membuat kita tidak efektif. Keputusan yang keliru akan menjadi batu sandungan atas karya Tuhan dalam hidup kita. Setelah Ismail menjadi besar, maka ia menjadi sandungan bagi Ishak, menjadi duri dalam daging dalam keluarga Abraham. Sarai menjadi sangat menderita atas keputusan yang diambilnya.
Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu. (Kejadian 16:4)
Karena tiga hal bumi gemetar, bahkan, karena empat hal ia tidak dapat tahan: karena seorang hamba, kalau ia menjadi raja, karena seorang bebal, kalau ia kekenyangan makan, karena seorang wanita yang tidak disukai orang, kalau ia mendapat suami, dan karena seorang hamba perempuan, kalau ia mendesak kedudukan nyonyanya.(Amsal 30:21)
Abraham pun menderita, karena disalahkan oleh Sarai, sekalipun Sarai yang memberi ide. Inilah kecenderungan kita untuk menyalahkan orang lain, tidak mau bertanggung jawab, sekalipun kita salah. karena marah maka Abraham melepaskan tanggung jawab dan menyerahkan Hagar kepada kekuasaan Sarai. Akhirnya semua menderita, Abraham, Sarai, Hagar menderita karena keputusan yang salah, karena itu ‘Sebelum berbuat, pikirkan akibatnya’.
Kembalilah ke jalan ketaatan sekalipun ada harga yang harus dibayar
Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” Jawabnya: “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.” Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.” (Kejadian 16:7-9)
Hagar lebih memilih taat, dan ada janji berkat bagi orang yang taat:
Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.”Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.
(Kejadian 16:10-11)
Sefatal-fatalnya keputusan yang salah yang pernah kita buat, kembalilah kepada jalan ketaatan itu. Mungkin ada harga yang harus dibayar. Namun jika kita mau merendahkan hati, maka Tuhan akan beri kekuatan kepada kita untuk menjalani apapun tantangannya. Bagi orang yang mau berjalan di jalan ketaatan, ada janji Tuhan yang besar, dan kita akan melihat ada karya Tuhan yang besar diwujudkan dalam kehidupan kita. (VW)