BAGIKAN HIDUPMU BUKAN HANYA KHOTBAHMU
Bacaan Setahun:
Luk. 19:28-48, Kej. 34, Mzm. 26
“Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.” (1 Tesalonika 2:8)
Dalam sebuah pembicaraan atau obrolan saat pelayanan kepada beberapa orang komunitas Punk – Anak jalanan, menjelang sebuah moment perayaan salah satu hari besar Kristen, tiba-tiba seorang anak muda yang tubuhnya ada beberapa gambar tato menyebutkan kata-kata yang mengejutkan, “Stop!! Jangan sharing atau ceritakan kasih Tuhan kepada Kami”. Kami terhenyak kaget, kemudian dengan terbata-bata anak muda ini melanjutkan kalimatnya, “Jangan cuman ceritakan mengenai kasih Tuhan kepada kami, tetapi sekarang kasihilah kami”. Maukah kalian mengasihi kam ?” Anak muda ini sedang mewakili suara atau jeritan generasi ini yang berkata, “Kami bukan hanya butuh cerita tentang kasih, kami butuh dikasihi secara nyata lewat hidup Anda.”
Firman Tuhan menggambarkan bahwa Paulus bukan hanya rela membagi Injil atau berita tentang kasih Allah kepada jemaat di Tesalonika, tetapi ia juga membagi hidupnya sendiri. Paulus menggambarkan bahwa proses mentoring terbaik selalu melibatkan aspek relasi yang intens, konsisten dan penuh dengan kepedulian yang nyata melalui tindakan-tindakan yang konkrit. John Maxwell dalam teori leadershipnya juga mengungkapkan, bahwa besarnya kepercayaan pengikut untuk mengikuti pemimpinnya adalah tergantung dari bagaimana mereka melihat pemimpin mereka peduli, berkorban terhadap hidup mereka.
Hal itu juga yang diungkapkan Yakobus mengenai prinsip ibadah yang murni dalam Yakabus 1:27, “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.” Yakobus juga menggambarkan bahwa ibadah yang murni bukan hanya sekedar kita hadir secara ceremonial dan liturgis, sikap memuji dan menyembah, tetapi justru melalui juga sebuah tindakan kasih dan pelayanan yang nyata kepada para “yatim piatu dan janda-janda” yang menjadi representasi kelompok orang-orang yang tidak berdaya secara sumber daya karena seharusnya hidup mereka tergantung/dipelihara oleh orang lain yaitu orang tua atau suami
Jadi saat ini, ketika kita mendengar panggilan untuk melayani Tuhan, maukah kita melihat bahwa ini bukan sekedar melayani dalam konteks pelayanan mimbar/panggung, atau kemampuan untuk bersaksi dan berbagi kebenaran Firman Tuhan, melainkan maukah kita juga membagi kehidupan kita, perasaan kita, waktu kita, tenaga kita, uang atau fasilitas kita bahkan hak kita kepada orang lain? (HA)
Questions:
1. Menurut Anda, pelayanan yang sesungguhnya itu seperti apa?
2. Bagaimana Anda menerapkan kasih Kristus dalam kehidupan sehari-hari Anda? Saksikan!
Values:
Ibadah yang murni bukan hanya sekedar kita hadir secara seremonial dan liturgis, tetapi juga melalui sebuah tindakan kasih dan pelayanan yang nyata kepada para “yatim piatu dan janda-janda”
Kingdom’s Quotes:
Maukah Kau jadi roti yang terpecah bagiKU, Maukah Kau jadi saksi memb’ritakan FirmanKu, Melayani-melayani lebih sungguh.