BERDAMAI DENGAN SEMUA ORANG

BERDAMAI DENGAN SEMUA ORANG 

Bacaan Setahun: 
Neh. 8-9, 1 Tim. 3 

“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang” (Roma 12:18)

Perdamaian telah menjadi cita-cita manusia dan harapan semua negara. Namun kita tahu perdamaian dunia masih jauh dari terwujud, saat ini negara Ukraina dan Rusia sedang terlibat dalam konflik bersenjata. Selain itu, persaingan ekonomi antara Amerika dan China juga berlangsung sengit.

Bagaimana dengan situasi di rumah tangga, tempat kerja, atau dalam gereja? Apakah semuanya berjalan damai, ataukah terdapat ketegangan? Apa penyebab sebenarnya dari pertikaian ini? Mengapa terkadang kita sampai pada situasi “deadlock,” yang akhirnya bisa berujung pada perceraian atau perselisihan hukum? Mungkin itu disebabkan oleh ego manusia, karena pertengkaran seringkali bukan hanya masalah materi, melainkan juga harga diri.

Salah satu peran kita sebagai orang Kristen adalah menjadi pembawa damai. Karena itu, kita mengenal tradisi memberi salam pembuka dialog, pembicaraan, atau kotbah dengan perkataan ‘shalom’ (atau jika lebih panjang ‘shalom alaihim’), yang berarti damai sejahtera bagimu. “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jika di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka damaimu akan tinggal bersamanya. Tetapi jika tidak, damaimu akan kembali kepadamu” (Lukas 10:5-6).

Sehingga, memberikan salam bahkan kepada orang yang belum kita kenal sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada para murid-Nya. Meskipun memberi salam adalah tradisi yang mudah dilakukan, bagaimana dengan inti dari perdamaian itu sendiri? Apakah seringkali hanya karena sikap atau cara berbicara seseorang kita bisa merasa tidak senang?

Seseorang pernah mengatakan, di dunia ini kita semua hanyalah penumpang sementara, seperti naik kereta api, dan pada akhirnya kita akan turun di stasiun yang berbeda pada waktu yang berbeda. Itu sebabnya kita tidak perlu terlalu khawatir tentang perbedaan pandangan atau sikap orang yang mungkin tidak menyenangkan kita. Mengapa? Karena pada akhirnya kita semua akan berpisah, turun di stasiun yang berbeda.

Mengapa kita membuat pertikaian dalam waktu bersama yang singkat? Mengapa ketidaknyamanan sementara harus mengganggu damai sejahtera kita? Belajarlah menerima semua perbedaan dan kekurangan orang lain dengan lapang dada, besarkan hati, dan jadikan kasih Kristus sebagai teladan kasih kita semua. Marilah kita mengikuti nasihat bijak Rasul Paulus, yaitu sebisa mungkin, jika tergantung pada kita, berdamailah dengan semua orang. (DD)

Questions:
1. Mengapa selalu terjadi pertikaian?
2. Bagaimana seharusnya sikap kita agar perdamaian dapat terjadi?

Values:
Sang Raja disebut Raja Damai itu sebabnya sebagai Warga Kerajaan kita juga harus menjadi sumber perdamaian.

Kingdom’s Quotes:
Perdamaian tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi perlu diupayakan dan dikerjakan.