BERJALAN DALAM REKONSILIASI

BERJALAN DALAM REKONSILIASI 

Bacaan Setahun:
Im. 5-6 ,Mat. 9:18-38, Amsal 21

“Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (2 Korintus 5:18-19)

Kita semua pasti sudah pernah mendengar istilah “Restorative Justice”. Restorative Justice adalah suatu pendekatan dalam sistem peradilan pidana yang berfokus pada pemulihan, rekonsiliasi, dan restorasi hubungan yang rusak akibat tindakan kriminal. Prinsip utama dari Restorative Justice adalah menggeser fokus dari hukuman dan pembalasan semata kepada penyelesaian masalah dan pemulihan. Dalam pendekatan Restorative Justice, terjadi dialog antara korban, pelaku, dan komunitas untuk membahas konsekuensi tindakan kriminal dan mencari solusi yang sesuai untuk semua pihak. Ini dapat mencakup perminaan maaf, restitusi, atau tindakan lain yang membantu memperbaiki dampak tindakan tersebut. Pendekatan ini berusaha untuk mendorong pertanggungjawaban dan belajar dari kesalahan, sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat pengulangan kejahatan. (sumber : https://fahum.umsu.ac.id).

Ketika dunia terasa semakin keras dan kejam, dan kejahatan semakin merajalela, maka diperlukan hukum yang berani, tegas dan jujur untuk kepentingan manusia. Alkitab berkata, “Karena semua orang telah berbuat berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23) dan “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus, Tuhan kita.” (Roma 6:23), maka semua manusia memerlukan penebusan dosa. Seharusnya kita adalah orang hukuman yang akan tinggal di penjara kekal, yaitu neraka. Tetapi kita mendapatkan restorative justice dari Tuhan, yaitu dengan perantaraan Kristus kita telah didamaikan dengan Allah. Sebab Allah mendamaikan dunia (yang bedosa) dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Sebelumnya dosa telah membuat kita terasing dari Allah. Namun di dalam kebesaran kasih-Nya, Ia telah merekonsiliasi hubungan kita dengan-Nya melalui pribadi dan karya Yesus Kristus. Maka berita ini seharusnya digemakan terus: ”Berilah dirimu diperdamaikan dengan Allah”.

Secara tidak sadar manusia hidup hanya untuk dirinya sendiri. Mereka berusaha mencukupi kebutuhan sendiri, dan sedapat mungkin hanya berelasi dengan orang lain untuk sesuatu yang menguntungkan. Demikian juga “orang baik”. Perbuatan baik dilakukan karena memberi rasa nyaman untuk dirinya, bukan murni karena kasih. Pelayanan pun belum tentu murni karena cinta Tuhan. Bisa jadi, kita melayani untuk membanggakan dan memuaskan diri sendiri.

Siapa pun yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru (ayat 17). Ia akan bermegah karena kemuliaan Allah, mampu menguasai diri, dan mengakui adanya kuasa dari kasih Kristus. Seperti inilah diri kita yang semestinya ketika kita percaya kepada Tuhan. (AU)

Questions:
1. Apakah Anda sudah diperdamaikan dengan Tuhan? Dengan cara seperti apa?
2. Apakah arti ”Siapa pun yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru”? Diskusikan!

Values:
Setiap warga Kerajaan hidupnya bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk Kerajaan-Nya, karena Sang Raja sudah menebus kehidupan lamanya menjadi ciptaan yang baru.

Kingdom’s Quotes:
Berilah dirimu diperdamaikan dengan Allah.