BERSIH-BERSIH DIRI
Bacaan Setahun:
Ibr. 9:23-10:18 Kel. 9:1-10:29, Amsal 3
“Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati.” (Ayub 5:2)
Ada suatu ungkapan mengatakan: Kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa pengkhianatan tidak pernah dilakukan oleh musuh. Dengan kata lain, orang yang menusuk dari belakang adalah orang yang sudah dikenal baik dan dipercaya. Daud seorang raja yang hebat dan senantiasa menang dalam pertempuran, namun ketika penasihatnya – Ahitofel, dan putranya Absalom berbalik memusuhinya, ia berseru dalam doanya, “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.‘ (Mazmur 41:10). Kenyataan seperti itu tentu menyebabkan kepedihan, kekecewaan, kepahitan dan bahkan trauma bagi orang yang mengalaminya; akibatnya bisa jadi ia tidak akan mudah percaya pada orang lain dan sulit didekati lagi, sebagaimana Amsal 18:19 katakan, “Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat.”
Ketika gereja menanggapi seruan mempersiapkan jalan raya bagi Allah, maka di musim ini, orang percaya sedang berjuang pada tahap membersihkan jalan atau ‘bersih-bersih diri,’ yang diterapkan pada hati dan pikiran; saat hal-hal negatif, amarah, kekecewaan atau kepahitan datang menyerbu dan mencuri suka cita. Salah satu tindakan bersih-bersih diri ini adalah kerelaan memberi pengampunan atas perlakuan yang salah dan tidak adil. Hal ini bukanlah pilihan yang mudah secara daging, namun Firman Tuhan memerintahkan kita untuk melakukannya sehingga kita dapat terus melangkah maju melaksanakan pesan Rasul Paulus agar bersabar seorang terhadap yang lain dan saling mengampuni (Kolose 3:13).
Mengampuni merupakan tindakan yang membantu kita terus melangkah maju melewati situasi sulit. Hal ini tidak berarti kita melupakan apa yang terjadi atau berpura-pura semuanya baik-baik saja, melainkan berketetapan untuk menguasai diri dan tenang supaya kita dapat berdoa (1 Petrus 4:7). Selanjutnya, kita memutuskan apakah hal itu diabaikan saja atau perlu diselesaikan, baru kemudian pengampunan diberikan sampai tujuh puluh kali tujuh kali seperti yang diajarkan Tuhan Yesus (Matius 18:22).
Mengampuni seseorang yang telah berulang kali menyakiti kita tentu bukan hal yang mudah, karena seperti memiliki luka yang terus menerus dipukul sehingga sulit sembuh. Namun talang hati kita perlu senantiasa dibersihkan dari sampah daun-daun, terutama saat di musim hujan ini, agar aliran air hujan dapat mengalir lancar. Demikian juga, aliran kasih Kristus akan terpancar lancar, jika hati kita sudah dibersihkan dari kekecewaan dan kepahitan lewat mengampuni orang lain seperti Tuhan sudah mengampuni kita. Mari bersih-bersih diri. (YL)
Questions:
1. Apakah yang memungkinkan seorang mengkhianati sahabatnya?
2. Bagaimanakah seharusnya respons orang percaya ketika ia mengalami perlakuan tidak baik?
Values:
Kerelaan mengampuni menjadi hadiah buat diri sendiri yang mendatangkan suka cita.
Kingdom’s Quotes:
“Ampunilah dan kamu akan diampuni.” (Lukas 6:37)