Boldness for the King & Boldness before the kings | Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana

8  Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.” (Wahyu 21:8)

Kita harus senantiasa mengingat dan tahu siapa Tuhan dan Raja dalam hidup kita, kita juga harus tahu siapa identitas kita di hadapan Tuhan dan siapa musuh kita. Jika kita menyadari ketiga hal tersebut maka kita tidak akan takut menghadapi peperangan yang ada di depan kita. Tuhan Yesus memberikan keteladanan mengenai keberanian ketika Ia berhadapan dengan Pontius Pilatus dan Ia tidak gentar sedikitpun (1 Timotius 6:13). Demikian pula ketika Petrus dan Yohanes diperhadapkan kepada Mahkamah Agama karena kesaksian mereka tentang Kristus, sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mereka mengetahui, bahwa Petrus dan Yohanes adalah orang biasa yang tidak terpelajar, maka heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. Terjemahan lain mengatakan bahwa mereka senantiasa bersama-sama atau senantiasa bergaul dengan Yesus (Kisah Para Rasul  4:13). Dengan siapa kita bergaul, akan menentukan sikap kita menghadapi masalah dan persoalan.

Kata berani berasal dari bahasa Yunani “Parrhesia”  yang artinya adalah berbicara dengan bebas, tanpa takut, berbicara dengan tegas, tanpa ditutup-tutupi dan tanpa tedeng aling-aling, berani, dan tanpa rasa takut. Kepenuhan Roh Kudus membuat kita penuh sukacita dan berani. Sehingga ketika sidang itu melarang Petrus dan Yohanes untuk tidak lagi mengajar dalam nama Yesus maka dengan berani mereka berkata mana yang lebih besar taat kepada mahkamah agama atau taat kepada Allah. Dengan adanya penganiayaan, murid-murid dan jemaat mula-mula yang dipenuhi Roh Kudus tidak berdoa untuk mengalami hal yang mudah, atau minta Tuhan menyingkirkan aniaya, tetapi mereka justru berkata: “Tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.”

Kisah Daniel, Hananya, Misael dan Azarya juga merupakan kisah yang menarik untuk kita pelajari karena keberanian mereka bagi Sang Raja sekalipun harus mempertaruhkan nyawanya di hadapan raja-raja yang menawannya. Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu. Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Raja Nebukadnezar bertitah agar membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim. Bersyukur Tuhan tidak menetapkan syarat tersebut untuk kita bisa melayani Tuhan, bahkan kita diangkat menjadi anakNya.

Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego. Dunia sedang ingin merubah identitas kita sebagai anak-anak Tuhan. Raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja. Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja supaya ia tak usah menajiskan dirinya. Daniel meminta diadakan percobaan selama 10 hari agar diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum maka didapati bahwa perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja. Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu. Di zaman sekarang, kita bisa menajiskan diri dari apa yang kita lihat, apa yang kita dengar atau dengan siapa kita bergaul, tetapi kasih karunia diberikan kepada orang-orang yang taat dan melakukan Firman Allah.

Hidup ini adalah sebuah pilihan, Tuhan memanggil kita untuk memberitakan Firman dan ketetapanNya melalui hidup kita kepada dunia. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Tuhan menggentarkan kita di depan mereka, sebab sesungguhnya Tuhan telah membuat kita  menjadi kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga (Yeremia 1:17-18). Kita dipenuhi Roh Kudus untuk menjadi saksi yang berani bagi Sang Raja dan di hadapan para raja-raja di dunia. Nabi Yehezkiel juga memperingatkan bahwa jika kita bertemu orang yang berbuat jahat dan kita tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup dan orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, maka Tuhan akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari pada kita. (Yehezkiel 3:18).

Jika kita simpulkan dan lanjutkan pembacaan kisah Daniel, dalam Daniel Pasal 1 terdapat peperangan kebudayaan, dimana Daniel yang diubah identitasnya, demikian kita pula di akhir zaman ini budaya LGBT berusaha masuk dan berusaha untuk mengubah tatanan. Kita sebagai anak-anak Tuhan harus dapat mempertahankan dan mempengaruhi dunia dengan budaya Kerajaan Allah. Dalam Daniel Pasal 2, peperangan melawan kuasa kegelapan yang berusaha untuk menguasai dunia melalui kerajaan-kerajaan dunia yang berkuasa, namun Tuhan akan menggoncangkan semuanya itu sehingga tinggal tetap Kerajaan yang tak tergoncangkan yaitu Kerajaan Allah. Daniel Pasal 3 peperangan melawan penganiayaan, ketika Raja Nebukadnezar benar-benar mewujudkan mimpinya dengan membangun patung yang tinggi menjulang dan ketika sangkakala dibunyikan setiap orang yang ada harus menyembah patung itu, namun Hananya, Misael dan Azarya tidak mau berkompromi maka mereka harus menghadapi dapur perapian. Akan tiba waktunya kita sebagai anak-anak Tuhan akan mengalami aniaya karena kita tidak mau berkompromi dengan dunia.

Daniel Pasal 4, peperangan melawan kesombongan dan keangkuhan hidup. Firman Allah berkata barang siapa meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan. Ketika raja Nebukadnesar menepuk dada atas kebesaran Kerajaan Babel yang dibangunnya sehingga ia dibuat menjadi kehilangan akal budi, ia dihalau dari antara manusia dan makan rumput seperti lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, sampai rambutnya menjadi panjang seperti bulu burung rajawali dan kukunya seperti kuku burung. Daniel Pasal 5, peperangan melawan kekudusan, Raja Belsyazar mengadakan perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, Dalam kemabukan anggur, ia menitahkan orang membawa perkakas dari emas dan perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar dari dalam Bait Suci di Yerusalem, supaya raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu. Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu. Lalu raja menjadi pucat, dan pikiran-pikirannya menggelisahkan dia. Pada malam itu juga terbunuhlah Belsyazar, raja orang Kasdim itu. Jangan pernah mempermainkan kekudusan Allah kita. Tubuh kita adalah BaitNya jangan pernah mencemarinya.

Daniel Pasal 6, peperangan dalam politik, Daiel diangkat menjadi pejabat tinggi dan para wakil-wakil raja harus memberi pertanggungan jawab, supaya raja jangan dirugikan. Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa sehingga tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan untuk mendakwa Daniel kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya. Akan tiba saatnya kita akan dipersalahkan karena iman kita kepada Tuhan Yesus, namun barangsiapa yang bertahan sampai pada kesudahannya akan mendapat kasih karunia Tuhan

Minta spirit of boldness kepada Tuhan, sehingga peperangan apapun dalam hidup kita, kita akan diberikan keberanian untuk menghadapinya bersama Tuhan. Kepada keempat orang muda itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi. Amin. (RCH).