BURUK RUPA CERMIN DIBELAH

BURUK RUPA CERMIN DIBELAH 

Bacaan Setahun: 
Yes. 45 ,Mzm. 85, Luk. 18 

“Jika seseorang hanya mendengarkan firman tanpa melaksanakannya, ia seperti orang yang hanya melihat wajahnya sendiri di depan cermin. Setelah melihat dirinya, ia lupa segera bagaimana rupanya.” (Yakobus 1:23-24)

Di Indonesia, terdapat pepatah ‘buruk rupa cermin dibelah’. Cermin dalam konteks ini melambangkan aturan atau tatanan. Di era modern ini, aturan seringkali tidak disukai, dan setiap orang cenderung mengikuti standarnya masing-masing. Jika ada aturan yang menghambat, mereka lebih memilih untuk mengubah aturan tersebut. Inilah esensi dari pepatah ‘buruk rupa cermin dibelah’.

Dalam Surat Yakobus, terdapat gambaran yang serupa dengan pepatah ini. Firman Tuhan diibaratkan sebagai cermin, dan jika seseorang enggan menjalankan kebenaran Firman Tuhan, ia seperti orang yang sengaja melupakan rupanya sendiri di depan cermin. Dalam kehidupan sehari-hari, kita memerlukan cermin untuk merapikan penampilan kita setiap hari. Hanya orang yang tidak peduli dengan penampilannya yang tidak membutuhkan cermin.

Sejatinya, setiap orang membutuhkan Firman Tuhan untuk mengoreksi dan mengingatkan kita agar hidup dalam kebenaran. Jika kita tidak memahami atau melaksanakannya, Firman Tuhan akan terus mengingatkan kita sampai kita akhirnya terbiasa melakukannya tanpa tekanan. Namun, apakah Firman Tuhan benar-benar merubah hidup kita dalam praktik sehari-hari, ataukah kita hanya mendengarnya tetapi enggan melaksanakannya?

Setiap tulisan yang diilhamkan oleh Allah bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran. Demikianlah setiap manusia yang dimiliki oleh Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16- 17)

Pertanyaannya adalah mengapa ada orang yang mudah mengerti dan patuh untuk melakukan kebenaran, sementara orang lain sulit berubah meskipun telah menerima banyak nasihat dan peringatan Firman Tuhan? Mengapa ada yang memiliki hati lembut dan ada yang keras serta kasar?

“Orang yang jatuh di semak duri adalah orang yang mendengar firman, tetapi kehidupannya terhimpit oleh kekuatiran, kekayaan, dan kenikmatan hidup, sehingga tidak menghasilkan buah yang matang. Orang yang jatuh di tanah yang baik adalah orang yang mendengar firman, menyimpannya dalam hati yang baik, dan mengeluarkan buah dengan ketekunan.” (Lukas 8:14-15)

Ada hati yang diibaratkan sebagai tanah yang dipenuhi semak duri, yaitu dipenuhi oleh kekuatiran, kekayaan, dan kenikmatan hidup, sehingga benih Firman Tuhan tidak dapat tumbuh. Oleh karena itu, kita bertanggung jawab untuk mengkondisikan hati kita agar seperti tanah yang baik dan subur, yaitu hati yang tulus dan lembut, jauh dari keserakahan akan kenikmatan hidup. Dengan demikian, benih Firman Tuhan dapat mudah dipahami, diserap, dan dilaksanakan karena memberikan rasa nyaman di dalam hati kita. (DD)

Questions:
1. Apakah Firman Tuhan benar-benar seperti cermin yang diperlukan untuk mengkoreksi hidup kita?
2. Mengapa ada orang yang tidak suka mendengar Firman Tuhan?

Values:
Warga Kerajaan seharusnya menjadikan perkataan Sang Raja sebagai makanan yang mendewasakan kerohanian mereka.

Kingdom’s Quotes:
Setiap manusia normal membutuhkan cermin, dan hanya orang yang tak waras yang tak suka bercermin. Demikian juga dengan Firman Tuhan, hanya orang yang tak normal yang tidak membutuhkan Firman Tuhan.