Mungkin selama ini kita merasa telah berusaha untuk menyatakan kasih kepada sesama, termasuk pasangan dan anak kita, dan kitapun merasa sudah dikasihi, tetapi seringkali yang terjadi adalah mereka merasa sedang tidak dikasihi. Jika seorang ayah mengatakan kepada anaknya “Saya mengasihimu, bahkan merelakan nyawa saya untukmu”, bisa saja anaknya berkata bahwa ia tidak suka dengan cara ayahnya mengasihinya. Ini terjadi karena kita tidak tahu bagaimana cara mengasihi orang lain dan dengan cara bagaimana diri kita sendiri ingin dikasihi.
Dari ‘5 bahasa kasih’ yang digagas oleh Dr. Gary Chapman, mari kita belajar dari Allah Bapa, bagaimana Dia menyatakan kasih-Nya agar dimengerti oleh manusia dengan berbagai latar belakang, perilaku dan karakter yang berbeda. Allah mengasihi kita untuk kitapun mengasihi Dia. Kita semua memiliki kapasitas, bahasa maupun cara yang berbeda-beda untuk menyatakan kasih kita kepada Allah.
Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah ‘belajar memperhatikan dan memahami’. Jika diperlukan, kita bisa bertanya kepada orang-orang di sekitar kita, bagaimana cara mengasihi mereka. Kita juga perlu memahami tentang faktor usia, mood yang bisa berubah karena hormonal, dan faktor lainnya. Yang kedua, kitapun ingin dikasihi dengan cara yang tepat. Jika orang-orang di sekitar kita tidak tahu, maka kita harus memberitahukan caranya.
TELADAN TUHAN DALAM MENYATAKAN KASIH:
Kata-Kata Penegasan
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).
Di tengah situasi yang sulit, pernahkah kita meragukan ayat ini dan berkata “Tuhan betulkah Engkau mengasihi aku?” Kita adalah manusia daging dan sangat dipengaruhi oleh emosi. Tidak cukup satu ayat yang Tuhan berikan, tetapi ada banyak ayat lain yang berkata “Jangan takut, Aku menyertai engkau”. Penegasan ini sangat diperlukan, karena memberikan keyakinan bahwa kita dikasihi dan tidak akan dibiarkan (Ibrani 13:5b). Tapi seringkali kita merasa sendirian dalam pergumulan, lalu berkata, “Mengapa Tuhan izinkan ini terjadi? Kenapa Engkau membiarkan aku?” Kita sering lupa bahwa Allah mengasihi kita dengan berbagai cara.
‘Kata-kata penegasan’ tidak hanya secara verbal, tetapi juga tertulis. Orang-orang memerlukan konfirmasi bahwa kita mengasihi mereka, demikian juga diri kita. Belajarlah mengucapkan kata-kata yang menyatakan kita mengasihi, memerlukan dan menghargai mereka. Bagi orang yang memerlukannya, kata-kata tersebut bagaikan segelas air yang menyegarkan di tengah dahaga. Ini seringkali terjadi pada orang-orang dekat, yaitu pasangan dan anak-anak kita. Jika anak kita berprestasi, belajarlah memberikan pujian dengan tulus.
Waktu Berkualitas
Dalam perjalanan di padang gurun, orang Israel merasa takut dan khawatir. Tuhan hadir menyatakan kasih dan penyertaan-Nya dalam wujud tiang awan dan tiang api (Keluaran 13:21). Demikian juga Tuhan Yesus yang selalu menyertai murid-murid-Nya dan ketika naik ke surga, maka Roh Kudus-pun menyertai sebagai penolong dan pembela bagi kita. Tuhan mengetahui bahwa kita gampang goyah. Saat ada dalam kesulitan, kadang kita berkata “Tuhan aku butuh Engkau. Di manakah Engkau?” Pada saat kita disalah mengerti atau difitnah, dan tidak ada seorangpun yang percaya kepada kita, maka hanya Tuhan yang bisa menemani atau menyediakan waktu berkualitas bersama kita. Kita perlu mengajarkan tentang waktu berkualitas, karena saat ini anak-anak kita lebih terikat pada gawainya dibandingkan keinginan untuk memiliki waktu berkualitas bersama orangtuanya.
Pemberian Hadiah
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).
Bahkan kepada orang jahatpun Allah memberikan kasih-Nya, menerbitkan matahari dan menurunkan hujan (Matius 5:45.) Memberikan hadiah tidak hanya kepada orang dekat, suami, istri, anak, tetapi juga teman-teman yang lain. Wujud pemberian hadiah bisa dengan cara mengantar istri membeli sepatu. Anak-anak yang berprestasi kita berikan hadiah, dan yang kalahpun kita hibur, karena ia telah berjuang dengan semangat. Dengan demikian seorang anak tidak merasa bahwa ia hanya dieksploitasi. Seorang anak yang membawakan buah kepada mamanya yang sedang sakit, juga merupakan tindakan kasih yang sangat menyentuh.
Tindakan Melayani
Karena Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani (Markus 10:45).
Tindakan melayani menunjukkan bahwa kita mengasihi. Tindakan Marta dalam melayani sangat bagus, tetapi kebablasan (Lukas 10:38-42). Ada orang-orang yang berpikir bahwa dia mengasihi orang lain dengan cara melayani mereka, dan ada juga orang yang merasa dikasihi ketika dilayani. Sebaliknya ada orang yang merasa risih atau terganggu jika terlalu banyak dilayani. Cara melayani yang berlebihan terkadang membuat orang lain tidak nyaman.
Sentuhan Fisik
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka…
(Markus 10:13).
Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu… (Matius 8:2-3).
Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan menjamah orang kusta yang najis. Pasangan yang sering merangkul atau bersentuhan secara fisik, akan semakin dekat satu sama lain, dan anak-anak yang melihatnya pun merasa damai, karena melihat orangtua mereka saling mengasihi.
Belajarlah dari Allah, yang dengan berbagai cara berusaha menunjukkan bahwa Ia sangat mengasihi kita. Tanyakan kepada pasangan, apa yang diinginkannya sebagai bahasa kasihnya, dan sampaikan kepada pasangan apa yang menjadi bahasa kasih kita. Ada berbagai cara untuk mengasihi, tapi masing-masing orang punya bahasa kasih yang berbeda, karena itu kita perlu menemukan cara yang tepat bagi setiap orang. Amin. (VW)