CEMBURUNYA TUHAN

CEMBURUNYA TUHAN 

Bacaan Setahun: 
Hak. 2-3, Amsal 30 

“Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu” (Keluaran 34 : 14)

Apabila kita membaca surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, di situ terdapat uraian mengenai kasih, yang salah satunya adalah “kasih itu tidak cemburu” (1 Korintus 13 : 4). Jika kasih itu tidak cemburu, lalu mengapa Allah (yang adalah kasih) justru disebut Allah yang cemburu? Bukankah hal ini seolah-olah bertentangan?

Sebelumnya, mari kita melihat bagaimana kasih Tuhan?

Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih setia-Nya, yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa” (Keluaran 34 : 6-7a). Kasih Tuhan itu tidak pernah berkurang, tidak pernah meleset, dan tidak dapat diingkari. Namun yang perlu kita garis bawahi bahwa, jangan mempermainkan kasih Tuhan! Ada ketetapan-ketetapan yang harus kita pegang dan tuliskan di dalam loh hati kita, bukan hanya pada loh batu yang IA berikan kepada bangsa Israel melalui Musa, yaitu; “Jangan ada illah lain di hadapanmu, jangan sujud menyembah kepadanya!”.

Tanpa disadari, illah-illah lain begitu mudahnya menyusup di dalam kehidupan orang percaya. Bahkan nyaris tidak bisa terkontrol kehadirannya. Inilah yang memicu kecemburuan Tuhan. DIA yang mengasihi umat-Nya tanpa syarat, namun seringkali umatNya lah yang mengabaikan kasih-Nya dengan mengizinkan illah-illah lain membelokkan hati mereka dari tujuan Allah yang sebenarnya. Illah lain itu bisa berupa: pekerjaan, status, materi, fashion, gadget, hobby, karir, sport, relasi, bisnis, dan hal-hal lahiriah lainnya, yang kita kejar lebih daripada kita mengejar Tuhan. Kalau boleh jujur, bukankah waktu kita lebih banyak tersita untuk hal-hal tersebut daripada waktu saat teduh bersama Tuhan?

Secara fisik memang kita tidak menyembah patung-patung maupun dewa-dewa seperti yang dilakukan oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, namun hati kita terikat oleh hal-hal lahiriah yang sudah saya uraikan di atas. Hati kita cenderung condong kepada hal-hal lahiriah tersebut dan menyita perhatian kita. Hal ini bisa membangkitkan cemburunya Tuhan. Cemburunya Tuhan bukan karena hawa nafsu. Cemburunya Tuhan karena kita ini adalah milik-Nya, umat ketebusan-Nya, umat pilihan-Nya, namun sebaliknya, kita memberi porsi lebih banyak kepada ‘illah lain’. Seharusnya, DIA lah yang layak menerima porsi lebih dari kita. (LA)

Questions:
1. Mengapa Allah bisa cemburu?
2. Apa saja yang dapat membangkitkan cemburunya Tuhan

Values:
Cemburunya Tuhan bukan seperti cemburunya manusia. Cemburunya Tuhan karena IA satu-satunya Allah yang layak mendapatkan perhatian utama kita

Kingdom Quotes:
Memposisikan Tuhan sebagai yang terutama dari yang utama adalah bukti kasih kita kepada Tuhan.