Christlikeness | Pdt. Antonius Aribowo

(29) Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (Roma 8:29)

Hal atau peristiwa yang paling menyedihkan di dunia ini bukanlah kematian melainkan kehidupan yang tanpa memiliki sebuah tujuan (life without purpose, life without goals). Mengapa demikian? sebab orang yang hidup tanpa tujuan itu akan tersesat atau meleset dari sebuah sasaran yang dalam bahasa Yunani disebut sebagai hamartia. Apabila seseorang tidak memiliki tujuan hidup, maka hidupnya akan berakhir sia-sia.

Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa Allah telah memanggil, memilih dan menentukan kita untuk menuju ke dalam terang-Nya yang ajaib secara jelas yakni menjadi serupa dengan Anak-Nya, Yesus Kristus Tuhan kita. Hal yang dapat kita lakukan sebagai bentuk ungkapan syukur adalah dengan menyenangkan hati Allah.

Cara menyenangkan Hati Allah adalah dengan hidup di dalam Dia, melakukan kebenaran Firman Tuhan dan menjauhi apa yang Tuhan larang untuk kita perbuat. Kita juga tidak boleh berkompromi dengan dosa, sebab hal tersebut bertentangan dengan kehendak Allah

Di dalam Kristus, kehidupan manusia lama kita telah mati dan kita diubahkan menjadi ciptaan baru maka janganlah kita kembali menghidupi manusia lama seperti mereka yang tidak mengenal Allah (2 Korintus 5:17).  Menjadi ciptaan yang baru dalam Kristus atau menjadi manusia baru bukan sekedar beragama, sebab agama tidak menyelamatkan. Hanya Yesus Kristus Tuhanlah yang menyelamatkan sebab Dia adalah satu-satunya Juruselamat.

(21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (Matius 7:21)

Banyak orang yang berseru kepada Tuhan, tetapi itu bukanlah sebuah jaminan akan keselamatan untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Ketika kita telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita harus hidup dengan benar dan tidak boleh sembarangan sesuai kebenaran Firman Tuhan. Tidak ada yang lebih mulia dan lebih berharga dalam kehidupan manusia selain serupa dengan Kristus.  Maka setiap kita tidak boleh memiliki agenda pribadi melainkan agenda Tuhan yakni serupa dengan Kristus,

Kita harus serupa dengan Kristus di dalam segala hal, tetapi hari ini kita akan belajar 2 hal keserupaan dengan Kristus di dalam kekudusan dan kasih.

KEKUDUSAN

(14) Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, (15) tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, (16) sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.  (1 Petrus 1:14-16)

Apabila ada orang yang mengaku beragama Kristen tetapi hidupnya tetap menuruti hawa nafsu duniawi maka orang tersebut adalah sebuah kebodohan. Serupa dengan Kristus haruslah kudus dan kita kudus bukan agar kita diterima oleh Kristus tetapi sebagai bukti bahwa kita hidup di dalam Dia. Hidup kudus memiliki arti sebuah kehidupan yang tidak tercemar, tidak najis dan tidak kotor.

Standar kita di dalam Kristus harus lebih tinggi dari standar dunia. Contohnya mengenai pandangan tentang perzinahan (Matius 5:27-28)  Bagi orang dunia, perzinahan itu apabila sudah melakukan persetubuhan (contact body) tetapi Kristus mau mengajar kita dengan level yang lebih tinggi bahwa setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Kita harus menjaga hati kita dengan penuh kewaspadaan dan apa yang muncul dalam hati kita itulah yang kita pikirkan.

Salah satu tokoh dalam Alkitab bernama Daud saja bisa jatuh dalam dosa perzinahan (2 Samuel 11:3-4), maka kita sendiri tidak boleh sombong dengan berkata “saya tidak akan jatuh dalam dosa seperti Daud”. Perzinahan Daud dengan Batseyba terjadi dari hati dan dipikirkan lalu berbuah dosa. Oleh sebab itu kita harus jaga hati dan pikiran kita dengan kewaspadaan dan disiplin. Pikirkanlah hal-halyang berkenan di hati Tuhan saja.

Sebuah ungkapan mengatakan kita tidak pernah bisa melarang burung terbang di atas kepala kita tetapi kita bisa mengusirnya ketika dia membuat sarang di atas kepala kita. Yusuf adalah seorang yang cakap, pintar dan berpenampilan menarik. Ketika Potifar mempercayakan segala hal atas Yusuf tetapi hanya satu yang tidak dikuasakan kepadanya yakni Istri Potifar. Rupanya, istri Potifar tertarik kepada Yusuf. Bahkan dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia (Kejadian 39:10).

Akibat penolakan Yusuf kepada istri Potifar ia difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara. Ketika kita melakukan Firman Tuhan dan kebenaran-Nya, mungkin ada orang-orang di sekitar kita yang membenci dan tidak menyukai kita, tidak perlu kita merasa takut sebab sekalipun mereka mereka-rekakan yang jahat terhadap kita seperti yang dilakukan oleh istri Potifar terhadap Yusuf, maka Tuhan akan mengubahnya menjadi kebaikan atas diri kita. Oleh sebab itu, tetaplah berpegang teguh pada firman Tuhan dan mengasihi-Nya dengan segenap hati.

 

KASIH

(7) Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. (8) Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. (1 Yohanes 4:7-8)

Kita semua telah lahir dari Allah dan identitas kita adalah anak-anak Allah. Pepatah berkata “Like Father Like Son, Allah adalah kasih (God Is Love) maka kita sebagai anak-anak Allah harus hidup didalam kasih. Berbicara mengenai kasih tidak terlepas dari memberi. Melalui wafat Kristus di atas kayu salib, Ia telah memberikan nyawaNya dan menunjukkan keteladanan akan kasih yang luar biasa kepada kita sebagai umatNya demi penghapusan dosa.

(43) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (44) dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. (45) Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:43-45)

Untuk menjadi Hamba, dibutuhkan kerendahan hati sebagai modal utama dalam menjalankan tugas pelayanan. Serupa dengan Kristus berarti siap melayani dan bukan dilayani.  Kalaupun kita merasa belum bisa ikut melayani atau menolong orang lain, paling tidak jangan merepotkan orang lain.

Tuhan Yesus adalah teladan yang sempurna dalam kehidupan kita, bagaimana Dia Tuhan yang sempurna, mahakuasa dan kudus serta wafat di atas kayu salib bukan karena kita baik tetapi karena kasihNya yang besar bagi kita. Kerendahan hati adalah sikap mau menundukkan diri kepada Tuhan dan bukan mengutamakan kedagingan kita. Kehidupan kita berbicara mengenai tujuan hidup Tuhan dalam hidup kita. Amin. (AHHP)