Bacaan Setahun:
Bil. 25
1 Kor. 13
Mzm. 22
CIUMAN YUDAS
“Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di depan mereka. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya.” Lukas 22:47
Salah satu kisah paling menarik yang sering diceritakan ulang dalam perayaan Jumat Agung adalah kisah mengenai penangkapan Tuhan Yesus di Taman Getsemani. Di sana Ia meminta semua murid-Nya untuk berdoa agar mereka tidak jatuh ke dalam pencobaan. Di tempat yang tidak terlalu jauh dari murid-murid-Nya, Ia berdoa sendirian agar Bapa memberikan kekuatan bagi-Nya untuk menanggung dosa umat manusia di kayu salib. Di saat-saat seperti itu, murid-murid-Nya justru tidur kelelahan karena bersedih (Lukas 22:45).
Kemudian datanglah serombongan orang, yang kemudian diketahui adalah para pengawal Bait Allah, tua-tua Israel dan iman-imam kepala dan bahkan ada seorang hamba Imam Besar (Lukas 22:50-53). Mereka dipimpin oleh Yudas, salah seorang murid Tuhan Yesus. Yudas pun mendekati Tuhan Yesus untuk mencium-Nya. Tuhan Yesus mengetahui maksud dan tujuan Yudas sehingga Ia berkata kepada Yudas: “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” Orang Israel menganggap sebagai hal yang lumrah jika seorang murid memberikan salam kepada guru agama atau rabi-nya dengan cara mencium.
Beberapa ahli teologia menafsirkan Yudas mencium Tuhan Yesus sebagai penanda identitas diri Tuhan Yesus, karena saat itu malam hari dan dipercayai bahwa ada murid-murid Tuhan Yesus yang memiliki ciri-ciri yang serupa dengan Tuhan Yesus. Namun jika kita melihat hardikan Tuhan Yesus di ayat 52-53 jelas nampak bahwa sebenarnya rombongan orang tersebut sudah mengenal Tuhan Yesus sebelumnya karena hampir setiap hari Ia berada di dalam Bait Allah. Lalu mengapa Yudas harus mencium Tuhan Yesus?
Meskipun keempat Injil tidak menjelaskan secara detil alasannya, namun kisah selanjutnya menunjukkan adanya upaya represif dari rombongan penangkap tersebut, dengan cara membawa pedang dan pentung. Jadi dapat disimpulkan bahwa Yudas memulai penangkapan tersebut dengan cara mencium Tuhan Yesus, untuk memberikan kesan bahwa ia datang dengan maksud damai, sehingga Tuhan Yesus dan murid-murid lainnya tidak mencurigai akan adanya aksi penangkapan. Terbukti setelah Tuhan Yesus menegur niat jahat Yudas itu, maka murid-murid-Nya ingin balik melawan, bahkan sampai memutuskan telinga kanan seorang hamba Imam Besar.
Kisah ciuman Yudas mengajarkan kepada kita bahwa kita harus selalu berhati-hati ketika ada orang yang memberikan pujian atau penghormatan kepada kita. Memang tidak ada orang yang tidak senang jika disambut dengan baik dengan penghormatan. Namun adalah lebih baik menerima teguran yang nyata seperti pukulan dari seorang sahabat, karena teguran akan menghasilkan pertobatan, sedangkan ciuman yang palsu adalah seperti racun dalam makanan yang tak terlihat mata. Janganlah kita juga menjadi seperti Yudas, yang mendatangi sahabatnya dengan agenda tersembunyi. Jadilah pribadi yang utuh, baik dan tulus tanpa ada niat jahat yang tersembunyi. Amin (YMH)
Questions:
1. Menurut Anda, mengapa Yudas mencium Tuhan Yesus?
2. Pernahkah Anda mengalami “ciuman Yudas” dalam hidup Anda?
Values:
Warga Kerajaan Allah yang sejati adalah pribadi yang utuh, baik dan tulus tanpa ada niat jahat yang tersembunyi.
Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. (Amsal 27:6)