COLLABORATION | Pdt. Thomas Tanudharma

Beberapa waktu yang lalu kita memperingati hari kematian Tuhan Yesus di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Ketika Tuhan Yesus masih tergantung di kayu salib, kalimat terakhir yang Ia katakan adalah sudah selesai  (τελεω teleo), yang artinya sempurna. Jadi apa yang sudah Tuhan Yesus lakukan selama berada di muka bumi ini sudah selesai dengan sempurna. Lantas, setelah Tuhan Yesus menyelesaikan semuanya dengan sempurna  apakah selesai begitu saja?

Kita akan belajar dari kebenaran Firman Tuhan dalam kitab Injil Yohanes 21:1-14 ketika Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias. Dari kisah ini kita akan belajar apa maksud dibalik setiap tindakan yang Tuhan Yesus lakukan setelah kebangkitan-Nya dari kematian.

(1) Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. (2) Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.
(Yohanes 21:1-2)

Sejak awal, ketika Tuhan Yesus memanggil murid-murid, Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa: “Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Para murid dengan segera meninggalkan pekerjaan, perahu dan jala mereka untuk mengikut Yesus. Kata “Ikutlah Aku” memiliki arti yang sangat dalam karena Yesus memberikan suatu tujuan baru yang jelas dan keberanian untuk meninggalkan kehidupan yang lama. Tuhan Yesus mengajak mereka untuk berkolaborasi memberitakan Kerajaan Allah dan menyatakan kuasa-Nya. Tetapi saat peristiwa penyaliban terjadi murid-murid menjadi takut dan tawar hati. Bahkan ketika Yesus sudah bangkitpun murid-murid  belum sadar bahwa Yesus sudah benar-benar bangkit. Mereka masih dilanda kegalauan dan putus asa sehingga mereka kembali kepada hidupnya yang lama sebagai nelayan .

Tuhan Yesus selalu mempunyai inisiatif yang baik untuk menemui murid-murid-Nya dan menguatkan mereka. Tuhan menyebut nama per nama murid-murid-Nya sebagai tanda bahwa Ia mengenal dan sangat mengasihi murid-murid-Nya. Oleh sebab itu sebagai seorang murid kita tidak perlu kuatir dan ragu akan kasih Tuhan kapada kita.

(3) Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. (4) Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.  (Yohanes 21:3-4)

Simon Petrus dan murid-murid tidak lagi berada dalam panggilan hidup mereka sebagai penjala manusia. Mereka kembali berkolaborasi dengan inisiatif sendiri untuk mencari ikan, namun malam itu mereka tidak menangkap satu ekor ikan pun dan mereka gagal. Jika kegagalan terjadi dalam hidup kita, sudahkah kita melibatkan Tuhan untuk berkolaborasi?

Ada maksud Tuhan di balik kegagalan yang murid-murid alami. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28). Tuhan tetap ingin berkolaborasi dengan murid-murid-Nya agar mereka tetap teguh pada panggilan hidup mereka.

Yesus tahu apa yang menjadi sumber kekuatiran para murid-murid-Nya yaitu kuatir akan pemenuhan kebutuhan hidup secara jasmani. Sebagai orang percaya kita harus sadar bahwa Tuhan tahu setiap kebutuhan hidup kita (Matius 6:31-32). Yesus datang dan bertanya apakah mereka mempunyai lauk pauk? Ternyata mereka tidak mempunyainya. (Yohanes 21:5).

Akan ada hal-hal yang ajaib dan di luar pemikiran kita ketika kita percaya dan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Tuhan akan memberikan arahan yang jelas, apa yang harus kita lakukan ketika kegagalan terjadi, termasuk di saat-saat krisis yang terjadi hari-hari ini.

(6) Maka kata Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. (7) Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. (8) Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.
(Yohanes 21:6-8)

Hari itu Tuhan mengubah kegagalan mereka menjadi sebuah keberhasilan yang besar karena mereka menangkap banyak ikan yang membuat mereka tidak dapat menarik jalanya. Kerjasama dan kolaborasi yang dilakukan membuat keberhasilan itu menjadi sempurna.

Tuhan Yesus memerintahkan mereka menebarkan jalanya di sisi kanan perahu sebab Tuhan Yesus tidak ingin murid-murid mengandalkan pengalaman dan kemampuan menangkap ikan yang sudah mereka kuasai bertahun-tahun. Menghadapi krisis yang terjadi, Tuhan tidak ingin kita mengandalkan kemampuan dan apa yang kita miliki, tetapi ketaatan kepada perintah Tuhan akan membawa keberhasilan dalam hidup kita.

(10) Kata Yesus kepada mereka: “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” (11) Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.
(Yohanes 21:10-11)

Sangat jarang seorang nelayan menghitung dengan detail sejumlah ikan yang mereka tangkap. Tetapi dalam kisah ini ditulis secara detail ikan yang ditangkap dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Tuhan ingin kita sadar bahwa Tuhan sanggup memberkati hidup kita dengan hal-hal yang luar biasa tetapi hal itu tidak membuat jala kita koyak. Berbeda dengan apa yang dunia berikan. Dunia sanggup memberikan hal-hal yang spektakuler, namun seringkali justru hal-hal itu membuat jala dalam hidup kita (keluarga, pekerjaan atau pelayanan) menjadi koyak.

Jaga jala kita agar tidak koyak, jala yang koyak akan membuat seluruh pekerjaan kita menjadi sia-sia. Dalam keadaan yang sulit hari-hari ini mari kita tetap menjaga hubungan kita dengan Tuhan dan sesama tidak koyak agar kita tetap bisa bertahan menghadapi masa yang sukar. Tuhan sudah menyiapkan sesuatu untuk kita nikmati bagi murid-murid yang setia kepada-Nya. Amin. (RCH).