22 Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” (KEJADIAN 8:22)
Kita hidup di akhir zaman dimana manusia tidak berdaya menghadapi situasi yang terjadi yaitu pandemi virus corona. Kita akan belajar dari kehidupan seorang Kingdom Leader yang berkemenangan yaitu Nuh. Tuhan Yesus mengatakan bahwa akhir zaman sebelum kedatangan Anak Manusia maka keadaan dunia ini seperti zaman Nuh dan zaman Lot (Lukas 17:26-30).
Setelah kejadian air bah, Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan dan Tuhan mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.”
Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang berkuasa atas waktu, tidak hanya secara kairos tetapi juga secara kronos. Perkataan siang dan malam bukan merupakan sesuatu yang lazim bagi bangsa Israel, karena hari dimulai dari malam hari. Kita seringkali berpikir bahwa keadaan yang normal adalah keadaan yang baik-baik saja. Tetapi dalam Firman Tuhan ini kita belajar bahwa pada kondisi siang adalah waktu kita untuk menabur, keadaan dingin dan ada di musim kemarau, sedangkan pada bagian malam kita menuai, keadaan menjadi panas dan terjadi musim hujan. Keadaan yang positif justru terjadi pada bagian malam hari. Keadaan yang kita pikir buruk justu menjadi waktu untuk menuai, waktu untuk mengalami kasih yang hangat dan saat untuk revival.
Tuhan juga senantiasa mengajar kita memberi nama kepada setiap masalah yang kita hadapi. Dalam kitab Kejadian 1 pada waktu penciptaan dimana bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Kegelapan berbicara sesuatu yang buruk dan negatif, tetapi malam menggambarkan keadaan yang indah. Jika kita memberikan nama atas setiap masalah maka kita memiliki kuasa atasnya, karena itu corona pandemi bukanlah suatu masalah jika kita menamakannya sebagai “corona academy” karena kita bisa belajar banyak hal hari-hari ini.
Untuk lebih mengingatkan kita, nama Nuh (N.O.A.H) adalah akronim dari NEARNESS – kedekatan. Ini adalah saat untuk lebih mendekat kepada Tuhan, pasangan kita dan orang tua atau anak-anak kita. OBEDIENCE – ketaatan. Sebagaimana diperintahkan Tuhan demikianlah dilakukan oleh Nuh. AVAILABILITY – ketersediaan. Di usia Nuh 500 tahun, ia menerima perintah Tuhan untuk menbangun bahtera dengan ukuran dan material yang sudah ditentukan oleh Tuhan dan Nuh menaatinya. HOLINESS – kekudusan. Nuh satu-satunya orang yang mendapat kasih karunia dari Tuhan pada zamannya karena Nuh hidup benar dan tidak bercela di antara orang-orang se-zamannya dan Nuh hidup bergaul dengan Allah. Nuh senantiasa berjalan, bekerja dan memuliakan Tuhan.
Akan ada perbedaan antara orang percaya dengan yang tidak percaya, termasuk yang melayani Tuhan dan yang tidak melayani Tuhan. Orang percaya dan yang melayani Tuhan akan menerima pemeliharaan, kebaikan dan kemurahan Tuhan. Sesuatu yang baik yang seharusnya tidak pantas kita menerimanya akan Tuhan berikan kepada kita, dan sesuatu yang selayaknya kita terima tetapi kita tidak menerimanya yaitu hukuman dan ganjaran akibat dosa-dosa kita.
Jika kita mempelajari kehidupan Nuh lebih dalam lagi, setelah air bah berkuasa atas bumi seratus lima puluh hari lamanya. Maka Allah mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak, yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu. Tuhan, tidaklah Tuhan yang pelupa, sebab itu janganlah kita kuatir sebab Tuhan juga mengingat hidup kita bahwa keadaan saat ini pasti berlalu dan Tuhan akan menolong hidup kita. Tuhan juga membuat angin menghembus melalui bumi, sehingga air itu turun. Tuhan yang sama yang akan membuat pandemi ini menurun. Tetaplah berharap kepada Tuhan. Yang perlu kita tahu bahwa bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi lautan dan apabila surut maka akan terjadi gelombang tsunami kebangunan rohani yang besar.
Air bah tidak hanya surut, tetapi semakin hari semakin turun sehingga kandaslah bahtera itu di pegunungan Ararat. Ararat artinya kutuk dibalikkan. Tuhan sanggup membalikkan kutuk menjadi berkat. Tuhan juga sanggup merubah keadaan yang buruk sekalipn menjadi hal baik bagi kita semua. Hingga bulan yang kesepuluh tampaklah puncak-puncak gunung. Nuh tidak gegabah, ia melepaskan seekor burung gagak dan burung merpati. Nuh tidak diberitahu oleh Tuhan sampai kapan air bah surut dan berakhir, Nuh hanya percaya pada Tuhan bahwa Ia yang memegang kendali dan berkuasa atas semuanya. Nuh tidak membuka pintu utama bahtera karena yang menutup pintu Tuhan sendiri. Jika Tuhan yang menutup pintu ada rencana keselamatan bagi Nuh dan keluarganya serta seluruh binatang yang ada dalam bahtera. Tepat satu tahun kemudian air benar-benar surut dan Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. Lalu berfirmanlah Allah kepada Nuh agar ia dan seluruh keluarga serta binatang yang ada dalam bahtera untuk keluar.
Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu. Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.
Ada waktu Tuhan menghukum dan ada waktu Tuhan menyatakan kemurahanNya. Menghadapi keadaan yang sulit hari-hari ini percayalah bahwa Tuhan mengingat kita, Dia berkuasa atas segala sesuatu dan yang memegang kendali sehingga sanggup membalikkan keadaan. Amin. (RCH)