DE JA VU

DE JA VU 

Bacaan Setahun: 
1 Taw. 22 , Luk. 20 

“Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.” (Lukas 5:4-6)

De Ja Vu adalah kata yang berasal dari bahasa Prancis, secara harfiah artinya “pernah dilihat”, De Ja Vu adalah fenomena merasakan sensasi kuat bahwa suatu peristiwa atau pengalaman yang saat ini sedang dialami sudah pernah dialami di masa lalu.

Murid-murid Yesus kebanyakan berprofesi nelayan dari danau Galilea, kegagalan semalam- malaman menangkap ikan adalah titik awal mereka tertarik mengikuti Rabi Yesus. Karena Yesus menolong mereka secara “mujizat“ berhasil menjala ikan dalam jumlah banyak walau di hari siang bolong. Tanpa ragu mereka kemudian meninggalkan profesinya dan menjadi muridmurid Yesus. (Baca Lukas 5:9-11)

Tujuan Yesus mencari murid-murid adalah untuk “menjala manusia“, sebuah ungkapan metafora yang tidak dimengerti oleh para murid saat itu. Mereka rela dan bersemangat mengikuti Sang Guru karena mereka telah melihat Sang Guru dapat menjamin kehidupan sandang pangan mereka, mereka rela menggantikan profesi mereka sebagai nelayan yang sering gagal mendapatkan tangkapan ikan dan bersedia menjadi murid Sang Guru.

Singkat cerita para murid diajarkan “menjala manusia“ dengan cara Sang Guru mengajar, memberi teladan dan melakukan mujizat. Ketika para murid mulai menyadari Sang Guru adalah Mesias yang di janjikan, justru pada saat itu pula Sang Guru mulai berterus terang bahwa Ia harus “menjadi domba paskah yang dikorbankan“, yaitu dengan cara mati disalibkan.

Para murid tak dapat percaya mereka mengalami “fase penyangkalan” yaitu tidak cocoknya harapan dan kenyataan. Semua pesan Sang Guru tak lagi dapat diserap. Pasca Gurunya disalibkan, walaupun Gurunya bangkit dan telah menampakkan diri dalam tubuh kebangkitan, mereka tetap kehilangan harapan. Mereka spontan kembali ke profesi lama menjadi nelayan di danau Galilea, menyimpang dari pada tujuan semula menjadi “penjala manusia“ Lalu peristiwa “de ja vu“ terjadi, Yesus menolong mereka kembali secara mujizat, membuat mereka mendapat banyak ikan saat menjala. (Baca Yohanes 21:3-6)

Akhir dari cerita ini, setelah Yesus mengajak makan ikan tangkapan mereka, Yesus mengarahkan mereka pada tujuan panggilan semula “menjadi penjala manusia“, tetapi dengan istilah baru “Gembalakan domba-domba-Ku“. Mungkin istilah ini dipakai supaya tak terjadi “De Ja Vu“ ketiga kalinya yaitu supaya mereka benar-benar meninggalkan profesi lama mereka sebagai nelayan.

Kesimpulannya, mujizat menjala ikan, walau berulang atau “De Ja Vu“, tetapi ini hanyalah perantara untuk tujuan utama, yaitu penyelamatan umat manusia dari kuasa dosa, karena manusia telah kehilangan akan kasih Allah, bagai domba tak tergembalakan. Anda setuju? (DD)

Questions:
1. Apakah de ja vu pernah anda mengalaminya?
2. Mengapa Yesus melakukan pengulangan ‘Mujizat menangkap ikan’ kepada para murid-Nya?
Values:
Tujuan Sang Raja bukanlah menjadikan murid-Nya ahli dalam menjala ikan tetapi ahli di dalam menjala manusia.

Kingdom’s Quotes:
Profesi sebagai ‘gembala domba-domba-Ku’, bukan profesi murahan tetapi kepercayaan yang tak ternilai.