DENGAN KASIH

Bacaan Setahun:
Yes. 10-13
Why. 6

DENGAN KASIH
“Kata Yesus kepada Petrus: “Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” Yohanes 18:11

Raja Olaf II dari Norwegia adalah musuh bebuyutan orang-orang kafir. Selama masa pemerintahannya itu ia menjadi momok dan melakukan teror bagi rakyatnya, dan ia tidak mudah diajak berteman. Ia membunuh, membakar rumah, dan menjarah banyak harta dengan tujuan agar mereka menjadi orang Kristen. Ia dan pasukannya mengenakan tanda salib putih di perisai dan ketopongnya. Mereka meneriakkan yel-yel, “Majulah, tentara Allah! Manusia Salib!”
Sepak terjangnya akhirnya terhenti sebab ia terbunuh pada tahun 1030. Ia mencoba membenarkan tindakan barbarnya itu dengan berkata, “Saya membela kehormatan Allah.” Pertanyaannya, apakah kehormatan Allah itu didapatkan dengan cara membunuh dan memaksa rakyat supaya menjadi Kristen?
Yesus juga tidak setuju dengan tindakan Petrus yang dengan emosional memotong telinga seorang hamba bernama Malkhus. Apa yang dipikir Petrus sebagai tindakan yang mulia, namun bagi Yesus itu adalah kesalahan. Yesus harus minum cawan yang diberikan Bapa. Cawan ini adalah penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib.
Kekristenan adalah berita damai sejahtera, Efesus 6:15, “kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera”, sekaligus peperangan, sebab Yesus datang juga membawa pedang, Matius 10:34, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” Pedang ini bukanlah ditafsirkan sebagai perang untuk memaksa orang lain mengikuti agama Kristen, tetapi pedang ini adalah pedang Tuhan Yesus untuk memisahkan manusia yang percaya kepada-Nya dengan orang-orang fasik. Jadi tidaklah heran bila timbul penganiayaan terhadap orang yang bertobat itu.
Kita memberitakan Injil seharusnya tidaklah dengan membawa bazooka untuk ditodongkan kepada orang supaya percaya kepada Yesus, tetapi dengan kasih yang lemah lembut. Kadang timbul kejengkelan apabila mereka menolak dengan mengejek kita. Mulailah hati kita menjadi marah sambil menyumpahi, “Awas, kamu pasti masuk neraka!” Ini bukanlah memberitakan Injil dengan kasih. Apabila kita mengasihi mereka, meskipun penganiayaan datang, tetaplah memberitakan Injil. Dan doakanlah mereka dengan tidak jemu, sebab doa orang benar itu sangat besar kuasanya. (DH)

Questions :
1. Sudahkah Anda memberitakan Injil dengan damai sejahtera, dengan kasih Tuhan?
2. Bagaimana respon Anda jika orang lain menolak dan mencibir pemberitaan Injil tersebut?

Values :
Beritakanlah Injil tidak dengan kemarahan (kebencian) melainkan dengan kasih yang lemah lembut.

Kasih mampu menghancurkan kedengkian manusia.