DIAMLAH !

DIAMLAH ! 

Bacaan Setahun: 
Kel. 9-10 , Mzm. 105 

“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” (Mazmur 46:10)

Tindakan paling sulit bukanlah bekerja, bukan beraktivitas, bukan berkomentar, bukan mengkritik, bukan menasihati tetapi menurut saya tindakan tersulit adalah ketika kita diminta berdiam diri. Karena kita sebenarnya tidak pernah benar-benar bisa diam, bahkan saat tidur sekalipun, pikiran kita tetap berjalan, tetap aktif dan ini seringkali tercermin dalam bentuk mimpi. Saat kita terbangun pikiran kita lebih aktif lagi. Sepertinya selagi kita hidup kita tidak pernah bisa benar-benar diam. Itu sebabnya perintah Firman Tuhan “diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah”, bukanlah perintah yang gampang.

Diam sebenarnya dimulai dari situasi hati yang percaya, dan memang banyak hal sebenarnya ada di luar kendali kita, itu sebabnya kita sering menjadi gelisah dan tidak tenang. Kalimat pada ayat tersebut, berarti kalau kita bisa diam dan tenang, maka kita bisa melihat kuasa Allah. Tetapi kalimat ini juga bisa punya arti seandainya engkau tahu akan siapa Allah-Mu maka engkau akan tenang.

Dalam kalimat “ketahuilah bahwa Akulah Allah”, juga mengandung arti bahwa Allah siap menjadi Pembela yang tiada tandingannya. Itu sebabnya adalah naif jika kita yang ingin membela Allah. Karena justru Allah yang membela kita dan bukan sebaliknya. Sebagai orang Kristen jika ada orang yang mengolok-olok keimanan kita atau mengolok-olok Tuhan Allah kita, kita tidak perlu membela-Nya, karena Allah yang kita percayai adalah Allah yang Maha Kuasa.

Dalam tradisi Perjanjian Lama kita mengenal hari Sabat. Diartikan hari istirahat, hari berdiam diri. Hari Sabat ini merepresentasikan hari ketujuh, di mana Allah beristirahat setelah hari keenam menciptakan alam semesta. Pada hari Sabat (dimulai Jumat malam sampai Sabtu sore), orang Yahudi dilarang bekerja, aktivitas yang diperbolehkan hanyalah menerima tamu, membaca Taurat dan mendiskusikannya serta bermazmur/melagukan Firman Alllah. Jadi hari Sabat adalah hari berdiam diri dari aktivitas yang bersifat “ke luar” dan mengkhususkan diri hanya untuk aktivitas yang bersifat “ke dalam” yaitu mengucap syukur dan merenungkan kebesaran Allah melalui Firman-Nya.

Diharapkan jika kita terbiasa punya hari berdiam diri atau waktu berdiam diri, waktu teduh, waktu perenungan tentang siapa “Allah”, maka kita akan menjadi orang yang akan memahami keperkasaan dan pembelaan Allah, sehingga kita tidak perlu lagi mengalami kekhawatiran dan ketakutan. Sehingga kita benar-benar bisa “mengalami” Allah. Anda mau mengalaminya? Punyai waktu teduh, berdiam dirilah! (DD)

Questions:
1. Benarkah berdiam diri sangat susah? Mengapa?
2. Bagaimana caranya kita bisa berdiam diri?

Values:
Sang Raja adalah sumber damai sejahtera, jika kita merasakan damai sejahtera, maka sesungguhnya kita sudah bisa berdiam diri.

Kingdom’s Quotes:
Secara fisik kita bisa diam, namun secara jiwa kita tetap aktif sesuai dengan kekawatiran yang mendera hidup kita.