Different Aspect of The Intimacy with God | Ev. Suzette Hattingh

Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan, tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku?
(KISAH PARA RASUL  7:49)

Saat kita datang ke beribadah ke Gereja, akan sangat mudah untuk kita  bergerak dalam urapan korporat sebagai tim dan umat Tuhan yang memuji dan menyembah Dia, akan tetapi ketika kita pulang dan sendiri tanpa urapan korporat apakah kita masih merasakan dan hidup dalam urapan Tuhan? Siapa diri kita yang sesungguhnya adalah apa yang kita hidupi sehari-hari dalam kehidupan pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Rumah apakah yang akan kita dirikan bagi Tuhan, dan menjadi tempat perhentian-Nya?

Pengurapan adalah kebutuhan untuk melayani Tuhan bukan untuk kepentingan kita atau untuk dipamerkan tetapi pengurapan Tuhan ada pada kita untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung lepas dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita.

Hati dan kerinduan Tuhan untuk setiap kita adalah  hidup kita menjadi bait kudus-Nya dan tempat perhentian-Nya sebab mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. 

Bangsa Israel pernah mendirikan Bait Allah yang sangat megah dimana setiap tahun mereka datang untuk menyembah Tuhan dan mempersembahkan korban kepada Tuhan. Pada jaman itu, ada standar yang ditetapkan oleh imam mengenai korban yang layak dipersembahkan di bait suci oleh sehingga terjadi praktek penukaran uang dan jual beli binatang korban yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang asing dari luar kota yang ingin beribadah di Yerusalem. Sebab mereka tidak bisa memberikan persembahan dengan uang mereka.

Suatu kali Tuhan Yesus marah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”  (Matius 21:12-13). Yesus marah bukan karena proses transaksi ini tetapi Yesus marah atas sikap dan tindakan yang diperbuat dari proses jual beli dan penukaran uang. Motivasi mereka tidak hanya sekedar tukar menukar uang dan menjual binatang korban, tetapi mereka menyalahgunakan pelayanan yang sebenarnya kepada Tuhan.

Fokus mereka telah bergeser dari kebutuhan mempersembahkan korban dan menyembah Tuhan menjadi bagaimana memperoleh keuntungan dari hasil jual beli binatang korban dan menukar uang. Keberadaan mereka yang dekat dengan ruang Maha Kudus, melayani setiap orang yang datang menyembah Tuhan, menyediakan mata uang dan binatang korban sebagai persembahan membuat mereka menjadi terbiasa dengan kemuliaan Tuhan yang ada di bait suci, mereka menjual binatang korban tetapi mereka tidak tercatat juga mempersembahkan korban. Menjadi peringatan buat setiap kita yang sudah melayani Tuhan ataupun memimpin jemaat untuk memastikan apakah yang kita lakukan pada orang lain juga kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita menyuruh orang lain berdoa dan menyembah Tuhan, apakah hal yang sama kita lakukan setiap hari?

Janganlah kita menganggap hak istimewa yang telah Tuhan berikan sebagai hal yang biasa sehingga kita hanya melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan, tetapi kita tidak menikmati hadirat Tuhan dalam hidup kita. Sebagai orang percaya, janganlah kita kehilangan kasih yang mula-mula. Hal-hal yang harus kita lakukan agar fokus kita tetap kepada Yesus adalah:

Miliki Hubungan Pribadi dengan Tuhan.

Tuhan ingin bahwa rumahNya dijadikan rumah doa, yaitu terdapat hubungan keintiman secara pribadi dengan Dia. Tuhan tidak berkata bahwa rumahNya akan dijadikan sebagai rumah nubuatan, rumah khotbah, rumah mujizat atau hal baik lainnya, tetapi Tuhan ingin menjadikan bait-Nya sebagai rumah doa. Fokus yang benar akan mendatangkan mujizat dan kesembuhan (Matius 21:14). Bangun hubungan kita dengan Tuhan secara pribadi (Matius 6:6) maka Tuhan akan menyatakan kuasa dan mujizat-Nya melalui hidup kita.

Kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sehingga hidup kita memantulkan kemuliaan Tuhan. Dosa merusak gambaran itu, tetapi melalui kematian dan kebangkitan Yesus, Ia mengembalikan manusia pada rencana Allah yang semula. Iblis tidak lagi bisa merusak gambaran itu. Cara lain yang digunakan iblis untuk mengalihkan fokus kita kepada Yesus adalah dengan membuat kita sangat sibuk dengan hal-hal lahiriah, pelayanan, program kerja dan hal-hal lain sehingga kita tidak lagi memiliki waktu pribadi dengan Tuhan.

Tetap Berjalan Dalam Hadirat Tuhan

Tidak ada cara yang salah dalam berdoa atau menyembah Tuhan. Penyembahan bukanlah  bernyanyi atau bermain musik, penyembahan juga bukan menyanyikan lagu baru. Penyembahan adalah suatu tempat dimana kita bisa terkoneksi dengan Tuhan. Ada hadirat Tuhan yang senantiasa melingkupi hidup kita. Ucapan syukur, puji-pujian dan penyembahan akan menjaga kita tetap dalam hadirat Tuhan. Kita berdoa, memuji dan menyembah Tuhan tidak dengan pola kita tetapi hanya untuk menyenangkan hati Tuhan dan pola Tuhan. Dalam hadirat Tuhan kita bersekutu dengan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Bapa akan menyatakan kehendak dan isi hati-Nya, Yesus akan menyatakan kemenangan-Nya dan Roh Kudus akan memampukan kita hidup kudus di hadapan-Nya.

Merefleksikan Kristus Yang Ada Dalam Kita

Melalui doa puji-pujian dan penyembahan yang benar di hadapan Tuhan, hidup kita akan merefleksikan kehidupan Kristus. Kristus yang ada di dalam kita adalah pengharapan akan kemuliaan. (Kolose 1:27). Kristus yang ada dalam kita adalah refleksi akan kuasa, pengurapan, belas kasihan dan kemuliaan. Hal-hal ini akan terpancar kuat ketika orang-orang di sekitar kita dapat merasakan kehidupan Kristus nyata dari hidup kita.

Siapa diri kita yang sesungguhnya adalah apa yang kita hidupi sehari-hari dalam kehidupan doa, pujian dan penyembahan kepada Tuhan, bukan saat beribadah di gereja. Miliki hubungan pribadi dengan Tuhan sehingga hidup kita senantiasa ada dalam hadirat Tuhan dan kehidupan Kristus nyata melalui hidup kita. Amin. (RCH).