DISIPLIN TANDA CINTA

DISIPLIN TANDA CINTA 

Bacaan Setahun: 
1 Raj. 7 
Mzm. 122 
2 Yoh. 1 

“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku” (Yesaya 49:15-16).

Berbicara besarnya cinta memang tidak ada ukurannya yang pasti. Seorang gadis yangberkali-kali patah hati, berkata, “Semua mantannya selalu mengatakan, engkau satu-satunya milikku dan aku sangat mencintaimu sehingga aku tak bisa hidup tanpa engkau. Tapi itu semua “rayuan gombal.” Buktinya sekarang ketika mereka putus denganku mereka semua tetap hidup.”
Ternyata ukuran cinta seorang yang berpacaran seringkali hanya sesaat, alias hanya sebatas “rayuan gombal”. Itu sebabnya cinta masa remaja sering disebut cinta monyet.

Ada quote yang berkata: menikahi orang yang kau cintai itu biasa, tetapi tetap mencintai orang yang kau nikahi adalah luar biasa. Quote ini menggambarkan kualitas cinta yang tak pernah pudar, walau sudah lama menikah. Kita juga pernah mendengar pepatah yang mengatakan: cinta anak sepanjang galah, cinta ibu sepanjang masa.

Pertanyaannya terbesarnya adalah sebesar apakah cinta Tuhan kepada kita? Bisakah kita mengukur dan membandingkan cinta Tuhan kepada kita dengan cinta kualitas cinta manusia? Ayat di atas menggambarkan bahwa cinta Tuhan kepada kita melebihi cinta seorang ibu kepada anaknya. Persoalannya adalah seringkali kita meragukan bahwa Tuhan mencintai kita, apalagi jika kita sudah melakukan kebenaran Firman Tuhan tetapi kita tetap mengalami hal yang tidak baik.

Manusia biasanya hanya bisa menilai ukuran cinta Tuhan bila mereka mengalami keadaan yang baik, kalau keadaannya secara fisik semakin baik, pekerjaan semakin lancar maka berarti Tuhan makin mengasihinya. Benarkah kadar cinta Tuhan itu berubah-ubah dan tergantung apa yang kita lakukan dan tergantung dengan apa yang kita alami?

Tentu saja tidak, cinta kasih Tuhan kepada kita tidak berubah. Ia adalah Allah Maha Kasih dan kasih-Nya abadi. Di dalam kitab Ibrani justru dikatakan bahwa Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya (Ibrani 12: 6,10-11).
Inilah ukuran cinta Tuhan yang hakiki. Bukan sekadar janji indah, tapi juga DISIPLIN yang tidak nyaman, namun Ia lakukan agar untuk melatih kita berbuat kebenaran dan beroleh bagian di dalam kekudusan-Nya. (DD)

Questions:
1. Bisakah kita mengukur cinta Tuhan?
2. Benarkah jika kita didisiplin itu bukti bahwa Tuhan mencintai kita? Bagaimana logikanya?

Values:
Warga kerajaan yang dewasa rohani memahami bahwa tidak selalu bukti kasih Sang Raja adalah Sang Raja selalu mengabulkan doanya.

Kingdom Quote:
Kasih sejati Tuhan seharusnya dapat dipahami saat kapan pun bukan saat suka tapi juga saat duka.