Kata “Duka” adalah kata yang seringkali kita hindari karena tidak ada seorangpun yang suka, kata “Duka” adalah kata yang kita hindari sebab kita tidak suka dengan suatu hal yang dapat mempersulit, menderita, dan tidak nyaman. Sedari kecil sudah terbiasa dengan keadaan yang membuat kita terasa nyaman, kita lebih menyukai berkat, zona aman dan pertolongan. Kenyamanan juga merupakan hal yang kita kejar dalam hidup kita.
Terkadang kitapun mengklaim ayat Firman Tuhan dengan konteks yang salah, contohnya:
(7) “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu,(8) Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (Matius 7:7-8)
Kita hanya berhenti sampai pada ayat ini dan berfikir bahwa apa yang kita minta, cari dan ketok pasti akan Tuhan berikan didalam hidup kita. Jika kita lanjutkan pembacaan sampai pada ayat yang kesebelas:
(9) Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, (10) atau memberi ular, jika ia meminta ikan? (11) Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Matius 7:9-11)
Allah Bapa mengetahui hal yang terbaik bagi umat-Nya. Hal ini bukan berarti ketika kita meminta sesuatu kepada-Nya pasti akan kita terima dengan segera. Analoginya adalah apabila kita sebagai orang tua, apakah kita sepenuhnya akan memenuhi permintaan anak kita? Tentu tidak. Sebagai orang tua, kita pasti tahu permintaan anak yang harus kita penuhi, yang belum waktunya kita penuhi dan yang tidak boleh kita penuhi karena bisa berdampak buruk bagi anak-anak kita. Jadi kita harus memahami Firman Tuhan ini dengan pemahaman yang benar yaitu tidak semua apa yang kita inginkan akan Tuhan penuhi.
Comfort Is Man’s Worst Addiction (Marcus Aurelius)
Seorang Filsuf abad pertengahan bernama Marcus Aurelius berkata “waspada terhadap kenyamanan karena kenyamanan adalah kecanduan terburuk manusia”. Kenyamanan juga membuat seseorang stagnan dan tidak terpacu. Tanpa kita sadari kenyamanan itu membuat kita mengalami kemunduran. Maka, Tuhan mengizinkan hal-hal yang terasa tidak enak (dukacita) terjadi atas kehidupan kita sebagai proses untuk membentuk kita. Jadi janganlah kita hanya mengejar kenyamanan tetapi kejarlah kehendak Tuhan dalam hidup kita.
(10) Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian. (2 Korintus 7:10)
Ada 2 sumber dukacita didalam hidup ini, yaitu dukacita dari dunia yang menghasilkan kematian dan dukacita dari Allah yang menghasilkan pertobatan dan keselamatan. Keduanya merupakan hal yang merujuk pada dukacita, tetapi menghasilkan hasil akhir yang berbeda.
Ada 2 Hal yang membuat kita berduka:
KEHILANGAN
Ketika seseorang kehilangan sesuatu dalam hidupnya (Harta benda, pribadi kesayangan, reputasi, kenyamanan) maka orang akan merasa berduka. Ketika seseorang berduka akan lebih mudah menyalahkan diri sendiri, situasi dan keadaan yang ujung-ujungnya menyalahkan Tuhan. Itulah sebabnya Iblis mengambil semua dari hidup Ayub agar Ayub mengutuki Tuhan. Sebab Iblis tahu apabila seseorang mengalami kedukaan, maka dia ujung-ujungnya akan menyalahkan Tuhan.
(9) Lalu jawab Iblis kepada Tuhan:”Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (10) Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. (11) Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.”
(Ayub 1:9-11)
SAKIT PENYAKIT
Sakit penyakit yang membuat kita menderita berkepanjangan dan kronis juga dapat menimbulkan dukacita. Itulah sebabnya ketika Ayub tidak berdukacita dan mengutuki Tuhan sekalipun telah kehilangan segala sesuatu dalam hidupnya, Iblis berusaha mencobai Ayub dengan sakit penyakit.
(4) Lalu jawab Iblis kepada Tuhan:”Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. (5) Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.” (Ayub 2:4-5)
Melalui sakit penyakit yang diderita Ayub, Ayub sangat menderita hingga sakit itu terasa sampai di bagian tulang dan dagingnya. Dalam ayat yang lain juga dikatakan bahwa Ayub menggaruk-garuk tubuhnya yang gatal dengan pecahan kaca untuk mencari kelegaan dari rasa gatal. Ayub tidak merasa berdukacita bahkan ia tetap memuji Tuhan. Lagi – lagi Iblis gagal lagi membuat Ayub berdukacita.
Penyebab Dukacita Dunia adalah:
Tidak Taat
(23) Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.” (1 Samuel 15:23)
Saul mengalam kedukaan oleh karena ketidaktaatannya pada Firman Tuhan. Tuhan berfirman untuk membunuh dan menumpas bangsa Amalek beserta dengan ternak – ternaknya, tetapi Saul tidak taat sehingga Allah menolaknya sebagai Raja atas Israel.
Pencuri
(10) Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. (Yohanes 10:10)
Kita diingatkan untuk berjaga-jaga dan waspada akan kedatangan pencuri yang dapat melukai dan merampok apa yang kita miliki yang bisa menimbulkan dukacita.
DUKACITA DARI ALLAH
(10) Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian. (2 Korintus 7:10)
Latar belakang ayat ini adalah banyaknya persoalan dan pelanggaran yang terjadi dalam kehidupan jemaat di kota Korintus sehingga Rasul Paulus dengan keras menegur mereka. Akibat teguran ini mereka sangat berdukacita sehingga dalam surat 2 Korintus inilah Rasul Paulus menegaskan bahwa dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan. Memang sebuah teguran pada waktu diberikan tidak mendatangkan sukacita tetapi dukacita, tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibrani 12:11). Kitab 1 Petrus 2:19-20 juga mengingatkan kita jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan (duka) yang tidak harus ia tanggung , maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Jika kita pelajari, banyak tokoh-tokoh dalam Alkitab yang harus mengalami dukacita sebelum mereka akhirnya dipakai Tuhan secara luar biasa dalam hidupnya.
YUSUF (dari sumur dan penjara menjadi orang nomor dua di Mesir) – From Pit to The Top
MUSA (dari seorang buronan menjadi seorang yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir) – From fugitive to be leader
DAUD (dari seorang yang tidak dikenal menjadi seorang raja) – From nobody to the king
YESUS (mengalami salib sebelum menerima Mahkota Kemuliaan) – Cross before Crown
Bagaimana kita bertahan menghadapi dukacita:
SEE JESUS (Memandang Kepada Yesus)
(2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (Ibrani 12:2)
Ingatlah akan pengorbanan Yesus di kayu salib menanggung dosa – dosa kita sehingga kita dapat bertahan di dalam setiap dukacita yang kita alami.
REWARD (Ingat Akan Upah Di Dalam Setiap Dukacita)
(11) Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. (12) Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Matius 5:11-12)
Ketika kita mengalami dukacita, tetaplah bertahan dan percaya bahwa Tuhan memakai proses kehidupan kita untuk menerima upah yang besar di surga. Terkadang Tuhan mengizinkan dukacita terjadi dalam hidup kita, untuk menghasilkan proses memperbaiki karakter dan kehidupan kita sehingga Tuhan memakai kita dalam perkara yang lebih besar untuk memperluas Kerajaan-Nya.” Amin.